Selasa 08 Oct 2019 21:05 WIB

Kapitra Sesalkan Kasus Penganiayaan Ninoy Karundeng

Kapitra menyayangkan ada aksi penganiayaan yang diduga dilakukan di dalam masjid.

Rep: Ali Mansur/ Red: Andri Saubani
Kapitra Ampera
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kapitra Ampera

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan, Kapitra Ampera menyesalkan adanya dugaan penganiayaan terhadap pendukung Joko Widodo, yaitu Ninoy Karundeng. Apalagi, Ninoy diisukan dianiaya di dalam Masjid Al Falah, Pejompongan, Jakarta Pusat.

Menurut Kapitra, seharusnya setiap muslim menghormati dan mensakralkan masjid yang menjadi tempat beribadah. "Tentu saya menyesalkan tempat yang baik menyembah Allah justru menganiaya hamba Allah? Apa pun alasannya dan ini sebuah tempat yang sakral di muka bumi dan tempat yang paling aman itu masjid," ujar Kapitra dalam forum diskusi bertema, "Jokowi di Pusaran Kepentingan, Minta ini, Minta itu," di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (8/10).

Baca Juga

Kapitra melanjutkan, penganiayaan terhadap pegiat media sosial pendukung Jokowi itu terjadi begitu saja. Menurutnya, ada masalah yang menyebabkan tindakan tidak terpuji itu terjadi. Yaitu karena perbedaan pandangan politik. Apalagi tensi politik pada Pilpres 2019 lalu hingga saat ini masih tersisa.

Mantan aktivis Gerakan Nasional Pengawal Fatwal (GNPF) Ulama itu menyarankan agar imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dipulangkan. Kapitra menilai Habib Rizieq dapat menyelesaikan gesekan politik yang kerap ini terjadi. Selama ini masyarakat berasumsi bahwa kepulangan Habib Rizieq dihambat oleh pemerintah.

"Seharusnya pemerintah segera pulangkan Habib Rizieq, lalu ajak bicara bahwa negara ini punya ruh. Siapa yang berbuat dia menanggung hukum," ungkapnya.

Namun hingga saat ini penculikan dan penganiayaan Ninoy di masjid masih menuai pro kontra. Ada pihak yang meragukan bahwa Ninoy dianiaya di masjid. Ninoy mengaku mendapat penganiayaan saat merekam aksi demonstrasi massa 212 beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Ketua Media Center PA 212, Novel Bamukmin membantah adanya penculikan dan penganiayaan terhadap Ninoy Karundeng. Novel menilai, penggunaan kata penculikan dapat menyesatkan opini yang muncul. Lanjut Novel menyebut, sebelum memasuki masjid, wajah Ninoy sudah lebam dan pengurus masjid hanya menginterogasi Ninoy, seperti dalam rekaman video yang beredar di media sosial.

"Setahu saya dari langsung pengurus masjid tidak ada kekerasan hanya interogasi saja seperti di video yang viral itu dan masuk ke dalam masjid Ninoy sudah lebam wajahnya," ungkap Novel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement