Selasa 08 Oct 2019 07:45 WIB

11 Desa di Blitar Alami Kekeringan

Mayoritas desa yang mengalami kekeringan berada di wilayah perbukitan.

Rep: Antara/ Red: Friska Yolanda
Warga antre air bersih (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Warga antre air bersih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Sebanyak 11 desa di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengalami kekeringan karena kemarau panjang. Pemerintah kabupaten pun melakukan pengiriman air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

"Kami prediksi ada 19 desa. Sekarang 11 desa," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Heru Irawan di Blitar, Senin (7/10).

Baca Juga

Ia mengatakan, mayoritas daerah yang mengalami kekeringan di daerah perbukitan terutama di Kabupaten Blitar bagian selatan, sehingga air sulit didapat. Suplai air bersih dilakukan oleh BPBD Kabupaten Blitar, yang memastikan warga mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Pengiriman dilakukan setidaknya 4-6 rit per hari, sesuai dengan permintaan.

"Ketika jaraknya jauh kemampuan truk dua kali sehari, namun yang pendek bisa tiga kali sehari," ujar dia.

Sementara itu, Forkopimda Kabupaten Blitar dengan warga melakukan shalat istisqa, yakni shalat meminta hujan di lapangan Kaligambang, Desa/Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar. Kegiatan tersebut diikuti semua warga. Mereka dengan khusyuk mengikuti shalat di lapangan terbuka itu berharap hujan segera turun.

"Harapan kami agar kondisi kemarau dapat teratasi. Dan hari ini setelah shalat, juga ada dropping air bersih hasil sumbangan berbagai organisasi sosial kemasyarakatan," kata Bupati Blitar, Rijanto.

Bupati juga menegaskan, pemerintah tetap berkomitmen untuk membantu masyarakat yang kekurangan air bersih. Selain itu, partisipasi masyarakat juga tinggi dengan memberikan bantuan air bersih untuk warga yang kekurangan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi awal musim hujan di Provinsi Jatim paling cepat akan terjadi awal Oktober. Kepala Meteorologi Kelas I Juanda, Surabaya Bambang Hargiyonomengatakan, sifat hujan tersebut masih lokal atau hanya turun di daerah tertentu seperti Lumajang, Malang, Banyuwangi, Tuban, dan Lamongan dengan curah hujan rendah, hanya rintik-rintik.

Untuk November hujan di Jawa Timur diprediksi akan merata dan puncak musim hujan dimulai Desember 2019 sampai Februari 2020. Untuk itu, dirinya meminta warga mewaspadai saat puncak musim hujan, dimana diprediksi akan terjadi angin kencang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement