Selasa 08 Oct 2019 01:37 WIB

42 Warga Banten di Wamena Dipulangkan

Warga masih berpikir ulang untuk kembali ke Wamena.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
Suasana pertokoan yang dirusak massa saat aksi unjuk rasa yang berujung anarkis di Wamena, Kamis (3/10/2019).
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Suasana pertokoan yang dirusak massa saat aksi unjuk rasa yang berujung anarkis di Wamena, Kamis (3/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,SERANG--Muntaal (42 tahun) warga Kabupaten Serang yang tinggal di Wamena, Papua, sejak 2007 silam saat ini bisa bernafas lega, usai dirinya dan 30 warga asal Provinsi Banten lainnya dievakusai keluar dari Papua. Kondisi di wilayah yang sejak September lalu terjadi konflik disebutnya sangat menakutkan hingga memaksanya mengevakuasi diri. 

"Awal-awal saya lihat itu waktu mau berangkat kerja, lihat ada seperti pelajar tauran. Tapi nggak lama kok ada banyak kebakaran. Itu sekitar tanggal 23 September, setelah lihat itu langsung saya lari evakuasi ke Kodim 1702 Jayawijaya, dan di sana juga sudah ada ribuan mungkin warga yang mengungsi" jelas Muntaal, Senin (7/10).

Baca Juga

Dia mengatakan tidak melihat secara langsung kerusuhan yang ada di Wamena, karena saat konflik terjadi dirinya langsung meminta perlindungan di Kodim. Namun dirinya melihat kondisi Wamena pascakerusuhan pecah, jelas terlihat ratusan mobil di Jalanan dan ruko telah terbakar.

Untuk bisa mengungsi dari Wamena ke Jayapura, Muntaal bahkan harus menunggu giliran evakuasi selama enam hari, karena proses evakuasi diprioritaskan bagi anak-anak dan wanita. "Enam hari saya baru bisa dapat giliran evakuasi pakai helikopter hercules karena kan yang diduluin perempuan sama anak-anak," terangnya.

Sesampainya di Banten, dirinya menyebut masih pikir-pikir untuk kembali ke Papua. Muntaal yang merupakan teknisi instalasi Parabola ini hanya mengatakan akan menunggu informasi lanjutan terkait kondisi Papua.

Hal senada diungkapkan Nur Hasanudin (28) Warga asal Kota Serang, Banten yang tinggal di Sentani, Jayapura, saat terjadi kerusuhan di Papua mengaku selalu merasa was-was setiap hari pascakerusuhan pecah. Kondisi perkekonomian di Sentani juga dikatakannya lumpuh karena kerusuhan tersebut, tidak ada pemasukan uang bahkan tabungan pun habis.

"Orang Banten di sini hampir semuanya pedagang, karena kondisi kayak gini kita nggak bisa jualan. Pemasukan nggak ada, kita ingin pulang ke daerah tapi nggak ada biaya," jelas Nur Hasanuddin.

Pria yang akrab dipanggil Hasan ini mengaku sangat bersyukur dengan respon Pemprov Banten yang cepat dalam membantu memulangkan warga. "Saya bersyukur dan berterima kasih kepada Pemprov Banten atas bantuannya, responnya sangat cepat," jelasnya 

Sementara Kepala BPBD Provinsi Banten yang juga ketua tim kemanusiaan untuk menjemput warga Banten di Papua E. Kusmayadi menyebut ada 42 warga Banten yang telah terdata. Sebanyak 30 orang saat ini telah sampai di Banten dan telah diantarkan ke rumah keluarga masing-masing dan sebagian yang tidak punya rumah akan ditempatkan di rumah singgah.

"Dari hasil penyisiran warga Banten yang terdampak konflik jumlah keseluruhan ada 42 orang. Yang masih di Papua saat ini ada 12, 10 orang sedang dalam proses pemulangan dan 2 orang memang mereka memutuskan tidak pulang ke Banten karena tugas dan punya aset di sana," jelas Kusmayadi.

Menurutnya saat ini tim kemanusiaan Pemprov Banten masih menyisir warga Banten di Papua dan menunggu di sana hingga akhir pekan ini. Namun menurut data dari TNI di Papua, katanya, saat ini sudah tidak ada lagi warga Banten selain yang telah terdata.

"Alhamdulillah warga Banten yang ditemukan di Papua dalam kondisi baik semua, Pemprov mengevakuasi warga dengan sarana penerbangan yang paling baik dan saat ini sudah diserahkan ke Pemerintah daerah setempat," jelasnya.

Gubernur Banten Wahidin Halim mengaku bahagia atas kepulangan puluhan warganya yang terdampak konfilk di Wamena, Papua. Menurutnya, kepulangan mereka patut untuk disyukuri dan peristiwa yang telah terjadi agar tidak perlu diingat kembali. 

“Tapi memang setiap orang diuji dengan caranya masing-masing. Sekarang sudah selamat, jangan pikirin lagi trauma, nggak ada untungnya mikirin masa lalu. Kalau jual remote, disini juga masih bisa, jual bubur di perumahan juga banyak yang beli. Musibah datang dari Allah yang harus disyukuri,”tuturnya 

Gubernur menjelaskan, seluruh warga terdampak konflik Wamena yang berhasil pulang dan tidak memiliki tempat tinggal akan disediakan rumah singgah milik Dinas Sosial baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selama di rumah singgah, Gubernur meminta mereka untuk menjalani hidup normal dan sedikit demi sedikit menghilangkan traumatik yang dirasakan selama berada di Wamena.  

“Yang penting mereka senang, tenang, dan tidak trauma lagi. Kalau mau tinggal disini silahkan, balik lagi ke sana silahkan, asalkan tidak dalam kondisi ketakutan,”terangnya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement