REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya konten negatif yang menghiasi dunia maya saat ini, membuat pemerintah dan banyak pihak prihatin. Konten negatif bisa berupa info yang tidak benar (hoaks), Cyber bullying, maupun gambar yang melanggar nilai serta norma yang berlaku di masyarakat. Untuk itulah diperlukan suatu tindakan segera yang menggalang semua pemangku kepentingan dalam menangkal semua konten negatif ini.
Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi merupakan gerakan sinergis yang mendorong pengguna internet (netizen) di Indonesia dalam menggunakan internet secara lebih bijak dan bertanggung jawab. Gerakan ini merupakan inisiatif multistakeholders yang terdiri dari kementerian, akademisi, komunitas, media dan juga private sector. Selain itu, Siberkreasi ini memberikan pemahaman baru tentang literasi digital yang dirasa masih kurang dimengerti masyarakat.
"Literasi digital sangat penting, karena tingkat pengetahuan masyarakat masih belum baik. Pasalnya, era digital ini sangat cepat dan sulit dibendung informasinya," ungkap Menkominfo Rudiantara saat pembukaan Siberkreasi Netizen Fair 2019, Sabtu (5/10/2019).
Rudiantara mengatakan, hidup di era digital memudahkan kita untuk mendapatkan, berbagi, hingga mengolah berbagai informasi. Meskipun memudahkan kita dalam berinteraksi satu sama lain akibat mudahnya arus informasi di era digital, membuat banyak pihak harus menghadapi berbagai tantangan yang muncul di era ini.
Menanggapi konten negatif, Rudiantara mengatakan, rentannya penyebaran konten negatif melalui internet berupa hoax, cyberbullying, dan online radicalism. Untuk itulah Siberkreasi muncul sebagai gerakan nasional berupaya untuk menanggulangi hal-hal tersebut dengan melakukan literasi digital.
"Melalui Siberkreasi, kita mendorong netizen Indonesia untuk aktif berpartisipasi dalam menyebarkan konten positif secara konsisten di dunia maya. Sehingga dengan memanfaatkan perkembangan teknologi ini kita bisa berkembang dan produktif di dunia digital," imbuhnya.
Rudiantara pun mendukung langkah Siberkreasi menyebarkan literasi digital sekaligus menjadi suatu kegiatan positif yang membuat masyarakat menjadi lebih tahu dan mengerti dalam menggunakan internet secara bertanggung jawab.
“Berbagai macam informasi bisa kita dapatkan di media sosial, baik yang positif maupun yang negatif. Untuk itu dibutuhkan literasi digital agar masyarakat luas mampu memilih dan memilah konten serta memerangi info hoak, hate speech dan berita negatif lainnya," ucap dia.
Netizen Pintar
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, staf khusus Presiden bidang komunikasi Adita Irawati mengatakan, diperlukan netizen yang pintar yang bisa menyebarkan informasi yang berdasarkan fakta yang akurat dan terverifikasi. "Netizen pintar adalah individu yang mampu menyaring sebaran informasi dan melakukan cek-ricek untuk informasi yang ada sebelum dibagikan. Atau tidak perlu sama sekali dibagikan," ujar Adita.
Lebih jauh Adita menegaskan, sebagai staf khusus Presiden bidang komunikasi, pihaknya membuat konten informatif melalui konsep dan visualisasi yang optimal, sehingga menjangkau target yang hendak dituju. "Kami berupaya untuk memilah mana konten yang layak untuk disebarkan dan mana yang tidak secara selektif. Tujuannya menghindari miskomunikasia dan segala yang bisa digeneralisir ke arah negatif," ungkap Adita.
Siberkreasi Netizen Fair 2019 kali ini mengangkat tema “Creator Generation”, mengajak anak bangsa khususnya generasi muda lebih bebas menuangkan dalam berekspresi serta mendorong anak muda agar mampu memanfaatkan teknologi dengan memproduksi konten positif yang bisa berguna bagi banyak orang.
Setelah dua tahun sejak diluncurkan pada 27-29 Oktober 2017 di Jakarta, Siberkreasi telah berhasil mewadahi 103 lembaga/komunitas dari berbagai unsur, menjangkau 442 lokasi dengan lebih dari 200.000 peserta aktif dan bersinergi dengan lebih dari 12.000 relawan lokal seperti Relawan TIK Indonesia dan Pandu Digital.