Sabtu 05 Oct 2019 13:03 WIB

Panglima TNI Ingatkan Ancaman Siber

Prajurit harus mewaspadai ancaman siber sebagai dampak dari kemajuan teknologi.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) didampingi KSAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji (kedua kiri), KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna (kedua kanan) dan Wakasad Letjen TNI Tatang Sulaiman menyaksikan Gladi Bersih HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta TImur, Kamis (3/10/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) didampingi KSAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji (kedua kiri), KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna (kedua kanan) dan Wakasad Letjen TNI Tatang Sulaiman menyaksikan Gladi Bersih HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta TImur, Kamis (3/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BIAK - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengingatkan, jajaran prajurit TNI untuk senantiasa mewaspadai adanya ancaman siber sebagai dampak dari kemajuan teknologi.

"Sebagai contoh perang siber yang disertai perang informasi,walaupun tidak menghancurkan, namun sangat merusak bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara sehingga prajurit TNI perlu meningkatkan kewaspadaan," ungkap Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam amanat tertulis dibacakan Pangkoopsau III Marsekal Muda TNI Andyawan Martono P pada peringatan HUT TNI ke-74 di Biak, Papua, Sabtu (5/10).

Panglima TNI Marsekal Hadi mengatakan, prajurit TNI sebagai alat negara yang menjalankan tugas TNI tidak terlepas dari perubahan lingkungan strategis yang berkembang dinamis dan semakin kompleks.

Perkembangan dunia telah menciptakan dimensi dan metode peperangan baru ditandai dengan kemajuan teknologi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, juga membawa dampak di berbagai bidang.

Ia menyebut, konsep inipun mengaburkan filosofi perang konvensional dengan menggeser dimensi waktu, karena perang-perang tersebut terjadi di masa damai.

Ditambah lagi potensi adanya bencana alam yang dapat terjadi setiap saat, menurut Panglima TNI Marsekal Hadi, ancaman militer dan nonmiliter berubah dan prajurit TNI harus siap menghadapi kompleksitas ancaman di atas.

Dalam menghadapi ancaman nyata saat ini, menurut Panglima Hadi Tjahjanto, diperlukan postur TNI ideal yang dibangun sesuai kebijakan pertahanan negara dan disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

"Pembangunan postur TNI meliputi pembangunan kekuatan, pembinaan kemampuan dan gelar kekuatan TNI," ujarnya.

Dalam rangka pembangunan kekuatan TNI, lanjut Marsekal Hadi, telah dibentuk beberapa organisasi baru pada kurun waktu 2018 sampai dengan 2019, yaitu pembentukan Divisi Infanteri-3/Kostrad, Koarmada III, Koopsau III dan Pasmar-3 Korps Marinir pada tanggal 11 Mei 2018, guna menghadapi trouble spot di wilayah Indonesia bagian Timur

Serta adanya pembentukan Satuan TNI Terintegrasi (STT) Natuna pada tanggal 18 Desember 2018, menurut Panglima TNI Marsekal Hadi, sebagai pangkalan bagi unsur-unsur TNI yang beroperasi di wilayah utara Indonesia.

Dan juga telah dibentuk satuan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI pada 30 Juli 2019, lanjutnya, untuk menyelenggarakan operasi khusus guna menyelamatkan kepentingan nasional di dalam maupun di luar wilayah NKRI.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement