Jumat 04 Oct 2019 20:06 WIB

Sumur Warga Padalarang Kuning-Berminyak, Ini Hasil Uji Lab

Warga Padalarang menduga sumurnya tercemar limbah pabrik.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Reiny Dwinanda
Sumur warga. (Ilustrasi)
Foto: M Agung Rajasa/Antara
Sumur warga. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADALARANG -- Sebagian warga RT 01, RW 01, Kampung Sudimampir, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat gusar mendapati kualitas air sumur bornya. Mereka pun melaporkannya untuk diuji laboratorium.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Bandung Barat, Aam Wiriawan, mengatakan air dari tiga sumur milik warga telah diuji. Akan tetapi, hasil uji laboratorium memperlihatkan air sumur tidak tercemar.

Baca Juga

"Terkait pencemaran tidak terbukti karena hasilnya masih di bawah baku mutu," ujarnya, Jumat (4/10).

Warga pun terpaksa menggunakan air sumur bor dengan air bergumpalan-gumpalan kuning dan berminyak. Agar tidak mengendap dan bisa digunakan, warga menggunakan penyaring air.

Semula, warga menduga sumur milik umum itu tercemar oleh limbah pabrik yang berada di samping pemukiman. Namun, hasil uji laboratorium selama kurang lebih dua pekan terhadap sampel air tersebut tidak mendukung asumsi tersebut.

"Kalau ada pencemaran tentu ada gangguan kesehatan," kata Aam.

Salah seorang warga setempat, Mamen, mengaku sumur bor yang dibangun swadaya oleh masyarakat pada 2018 lalu memiliki kualitas air yang relatif bagus dan bisa dikonsumsi untuk minum. Namun, semenjak Maret 2019, terdapat butiran-butiran kuning yang menggumpal di air sumur.

"Gumpalan kuning di dalam air sering mengendap di paralon jadi harus dibersihkan. Terus harus disaring dulu baru bisa dipakai nyuci. Kalau tidak disaring kuning dan kena baju rusak," ujarnya, Kamis (19/9) saat ditemui di rumahnya.

Menurutnya, di gentong tempat penampungan air pun terdapat endapan dari gumpalan berwarna kuning. Dia mengaku tidak mengetahui dari mana gumpalan tersebut berasal.

"Tidak tahu dari limbah atau dari pabrik, tapi keluar dari sumur bor kondisinya begitu," ungkapnya.

Dia mengungkapkan, sumur bor swadaya digunakan kurang lebih oleh 30-an warga di RT tersebut. Namun, kini jumlahnya berkurang sebab gumpalan di dalam air tersebut seringkali menghambat jalannya air. Ia pun mengatakan bersebelahan dengan permukiman terdapat sebuah pabrik.

"Untuk minum beli galon, nyuci dan mandi (memakai air sumur bor) harus disaring. Dipakai mandi kalau terpaksa tidak air. Yang punya sumur pribadi pada kering," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement