REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Pemerintah sedang mengejar ketertinggalan dalam bidang pembangunan, demi terwujudnya peningkatan pertumbuhan ekonomi di era revolusi industri 4.0. Terkait itu, BPPT mendorong terciptanya SDM Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sebagai lini terdepan dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Dalam upaya menghimpun semangat tersebut, Kepala BPPT Hammam Riza, hadir memberi Kuliah Umum di hadapan ribuan mahasiswa dan civitas Academika Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Kamis (3/10).
Bertajuk isu 'Peran Artificial Intelligence (AI) dan Big Data di Era Teknologi Industri 4.0 dalam Peningkatan Produktivitas Pembangunan', Hammam menyebut keyakinan dirinya bahwa Indonesia mampu memanfaatkan teknologi, dan inovasi demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurutnya, peluang itu diperoleh melalui fenomena bonus demografi, dimana masyarakat berusia produktif akan lebih banyak jumlahnya di Indonesia hingga 2030 mendatang. Bonus demografi ini lanjutnya, harus dimanfaatkan untuk menciptakan SDM Iptek yang unggul dan mampu berdaya saing.
"Untuk menjadi negara maju, Indonesia harus mampu masuk kategori tingkat innovation-driven economy. Indonesia masih mempunyai peluang karena salah satu di antaranya Indonesia sedang mengalami bonus demografi sampai dengan tahun 2030," papar Hammam, dalam siaran pers.
Ia menyebut Indonesia saat ini mendengungkan strategi 'Making Indonesia 4.0' untuk menghadapi pola teknologi industri berbasis otomasi dan pertukaran data atau disebut Industri 4.0.
"Industri 4.0 ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif. Lalu menghasilkan 'pabrik cerdas', berstruktur moduler, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat," ujar Hammam.
Terkait kecerdasan buatan atau AI, selama ini, kata Hammam, 'AI dan Big Data' telah menjadi isu yang mulai banyak diaplikasikan oleh negara-negara maju dalam bidang pemerintahan, militer hingga badan intelijen.
"Ada 5 teknologi kunci yang memiliki peranan dalam industri 4.0, yakni AR/VR, advanced robotics, 3D printing (physical layer), IoT (connectivity layer), dan AI (logical layer)," sebutnya.
Hammam berharap Indonesia mampu menyiapkan SDM Iptek yang mampu menghadapi revolusi industri 4.0, karena tantangan ini kini telah dimulai. Hammam menekankan agar lulusan Unsyiah mampu membangun daerahnya masing-masing, sehingga mampu menjadi sumberdaya Iptek yang kompeten, guna menghela pertumbuhan ekonomi lokal.
"Terutama bagi putra-putri daerah Aceh lulusan Unsyiah, agar dapat membangun Aceh untuk mewujudkan Aceh Hebat melalui Aceh Smart," ucap Hammam.