REPUBLIKA.CO.ID, Pancasila merupakan falsafah negara yang terbukti mampu menjadi alat pemersatu untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Pancasila diharapkan harus tetap kokoh sepanjang waktu untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober sangat dikenang masyarakat Indonesia menjadi pengingat sejarah bangsa Indonesia,” kata mahasiswi perempuan asal Biak, Papua, Ruth Kmur, di Biak, Selasa (1/10), menanggapi makna peringatan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober.
Ruth mengatakan, generasi milenial, khususnya di Kabupaten Biak Numfor, untuk senantiasa mengamalkan lima butir ajaran Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Kehidupan rakyat Indonesia yang majemuk dengan latar belakang budaya, agama, adat istiadat, dan etnis, tetap satu diikat dengan Pancasila.
“Sampai kapan pun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tetap relevan menyatukan seluruh rakyat Indonesia,” ujar mahasiswi Akademi Pariwisata Biak itu.
Ruth mengingatkan, generasi muda Indonesia harus tetap konsisten mengamalkan nilai Pancasila dalam kehidupan rakyat Indonesia yang plural. Semangat persatuan dan kesatuan yang tetap melekat dalam diri setiap masyarakat Indonesia harus tetap kita jaga bersama melalui pengamalan lima butir Pancasila.
“Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan empat pilar fondasi kebangsaan yang harus terus kita lestarikan bersama,” ujar Ruth. Setiap warga negara Indonesia, kata dia, berkewajiban menjaga persatuan dan kesatuan serta semangat toleransi kebersamaan dalam menjaga keutuhan NKRI.
Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Yusny Saby mengatakan, para generasi muda di era milenial ini memiliki tantangan yang begitu besar terhadap berbagai macam serangan ideologi dari seluruh penjuru dunia. Pancasila, kata dia, menjadi ideologi dasar pemersatu bangsa Indonesia.
“Tantangannya tentu saja tantangan global. Kita tinggal satu kampung dalam dunia ini. Apa yang tidak terbuka? Semua terbuka, ideologi bermacam-macam, kejahatan bermacam-macam, pembohongan bermacam-macam,” katanya di Banda Aceh.
Menurut dia, sebagian generasi muda tidak sadar bahwa mereka yang menjadi target serangan dari berbagai macam ideologi tersebut. Maka, menurut dia, pemuda sangat perlu meningkatkan kemampuan keilmuan serta keterampilan. “Dan menyadari bahwa apa pun godaan kita bahwa Negara Republik Indonesia yang satu ini tidak bisa dipisah-pisahkan,” ujar dia. n antara ed: mas alamil huda