Selasa 01 Oct 2019 17:56 WIB

Dropping Air Bersih di DIY Capai Ratusan Ribu Tangki

Kebutuhan air bersih masih dapat dicukupi oleh pemerintah dan swasta.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah warga antre untuk mendapatkan jatah saat penyaluran air bersih.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Sejumlah warga antre untuk mendapatkan jatah saat penyaluran air bersih.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana mengatakan, dropping air terus dilakukan di daerah yang dilanda kekeringan. Bahkan, jumlahnya sudah mencapai ratusan ribu tangki air bersih.

"Sampai akhir September, dropping air bersih sudah mencapai 756.237 tangki atau 31.508.000 liter," kata Biwara, kepada Republika.co.id, Selasa (1/9).

Kekeringan di DIY sendiri terjadi di seluruh kabupaten di DIY yakni Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, dan Sleman. Yakni terjadi di 39 kecamatan dan 110 desa.

Walaupun begitu, Biwara mengatakan, kebutuhan air bersih masih dapat dicukupi oleh pemerintah dan swasta. "Penyaluran air bersih oleh BPBD Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo untuk September dan Oktober masih aman," katanya.

Selama kekeringan masih terjadi, lanjutnya, BPBD di tiap kabupaten terus menyalurkan bantuan dan menyiapkan berbagai rencana jangka pendek dan panjang. Diantaranya Bantul, yang menyiapkan anggaran sebesar Rp 40 juta untuk membeli air bersih.

Untuk Kulonprogo, juga telah disiapkan anggaran tidak terduga sebesar Rp 2 miliar. "Hal ini disediakan jika sewaktu-waktu Kulonprogo ditetapkan darurat kekeringan. Saat ini statusnya tanggap darurat," kata Biwara.

Sementara, BPBD Sleman sudah menyiapkan 200 tangki air bersih. Nantinya, air bersih ini akan didistribusikan ke daerah yang dilanda kekeringan.

Dalam mengatasi kekeringan ini, pihaknya juga terus melakukan kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat agar menghemat penggunaan air. Selain itu, rencana jangka panjang juga disiapkan.

"Seperti di Gunungkidul, mencari titik air dan melaksanakan pengeboran sumur dalam dengan pompanisasi maupun dengan gravitasi dan sumur artesis," lanjutnya.

Di Kulonprogo, juga akan dilakukan pengeboran sumur air dalam yang memiliki banyak potensi debut air. Termasuk di Sleman dengan mencari dan membuat sumur bor di kawasan Prambanan untuk mencukupi kebutuhan air bersih saat musim kemarau hari panjang tanpa hujan. "Untuk Bantul, diminta bantuan ke BNPB dalam mengatasi kekeringan," jarnya.

Akibat musim kemarau yang terjadi saat ini, juga berdampak terhadap kekeringan di sektor pertanian. Ia menyebutkan, data per Agustus 2019 terjadi kerusakan tanaman padi di beberapa daerah di DIY.

Kerusakan tanaman tersebut di antaranya di Gunungkidul terjadi di 11 kecamatan dengan jumlah 5.597 hektare lahan. Yang mana, 2.700 mengalami puso. Di Kulonprogo, terjadi di 10 kecamatan dengan jumlah 378 hektare dan lahan puso seluas 36,5 hektare.

Sementara itu, di Bantul terjadi di enam kecamatan dengan jumlah 85,5 hektare dan lahan puso seluas 37 hektare. Di Sleman hanya terjadi di satu kecamatan dengan jumlah 148 hektare dan lahan puso seluas 148 hektare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement