Selasa 01 Oct 2019 01:16 WIB

Upaya Tim Medis dan Teror Gas Air Mata

Tim medis membuat pos darurat di tengah tembakan gas air mata k arah massa.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Aparat kepolisian melakukan pembubaran massa mahasiswa dan pelajar saat aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Senanyan, Jakarta, Senin (30/9/2019).
Foto: Republika
Aparat kepolisian melakukan pembubaran massa mahasiswa dan pelajar saat aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Senanyan, Jakarta, Senin (30/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aparat keamanan terus memukul mundur massa demonstrasi yang ada di daerah Semanggi, Jakarta Selatan, Senin (30/9). Gas air mata dilepaskan ke arah pendemo dan mereka berlari berpencar.

Tak sedikit dari mereka membantu menggotong korban yang terkena gas air mata di posko darurat medis yang ada di Pos Polisi depan Hotel Sultan. Sekira pukul 18.50 WIB, aparat mulai mendekat ke arah Halte Bus Transjakarta JCC Senayan.

Baca Juga

Mereka meminta massa mahasiswa dan pelajar untuk kembali ke rumah masing-masing dan jangan menganggap aparat sebagai musuh mereka. Letusan kembang api disahuti oleh aparat dengan kalimat yang meminta massa untuk tidak melawan mereka.

Tak lama kemudian, aparat yang berada di dekat fly over Ladokgi melepaskan tembakan gas air mata ke arah massa. Massa pun mulai mundur ke arah Semanggi. Tak sedikit dari massa yang berlarian panik.

Tak sedikit pula sepeda motor yang berlalu-lalang mengangkut korban yang terluka atau terkena gas air mata. Sepeda-sepeda motor itu melaju cepat di tengah kerumunan massa yang diminta untuk membuka jalan.

Suara knalpot dengan volume suara tinggi terdengar di sela ramainya suara massa dan suara dari mobil komando yang sudah lebih dulu menuju ke arah Semanggi. 

Republika kemudian menuju titik kumpul korban dievakuasi, di Pos Polisi depan Hotel Sultan. Ada beberapa korban yang sedang ditangani oleh tim medis.

Korban yang baru datang dan terlihat kesulitan bernapas, wajahnya langsung disiram menggunakan air bersih. Kemudian, di area mata korban tersebut disemproti cairan NaCL atau cairan infus.

Mereka yang kesulitan bernapas diberi bantuan bernapas menggunakan botol-botol oksigen. Ada seorang korban yang tak sadarkan diri dan terus coba disadarkan oleh temannya.

Setelah berkali-kali diberikan oksigen, korban tersebut terbatuk dan kemudian tersadar. Namun, kondisinya masih tak berdaya.

Di sela Republika melihat pertolongan pertama tersebut, banyak motor yang menempatkan korban di sana. Mereka yang sudah mengantar korban kembali lagi ke kerumunan untuk mengangkut korban lainnya.

"Ini pos darurat sebenernya. Tadi kita nyamperin di titik mana ada korban. Tapi karena tadi ada dua korban ditaruh di sini, jadi tadi kami buka pos darurat," ujar Angga (22 tahun), yang membantu tim medis dari WALHI, kepada Republika, Senin (30/9).

Ia sempat meminta tolong untuk memanggilkan ambulans. Tak lama setelah wawancara tersebut, seorang pengemudi ojek daring yang turut membantu mengevakuasi korban meminta tim medis untuk menjauhi lokasi tersebut.

Menurut dia, aparat keamanan beserta gas air matanya semakin mendekat ke lokas tim medis berada. Massa pun kemudian berlarian.

Tim medis yang kebingungan harus mengangkat korban-korban yang ada di pos darurat itu akhirnya dibantu oleh massa demonstrasi. Korban ada yang diangkut menuju taman di bawah Jalan Layang Semanggi.

Seorang pendemo yang emosi menendak sepeda motor yang ada di dekat pos polisi itu. "Tadi ada banyak. Paling sedikit ada belasan yang kumpul. Amhulans nggak ada karena udah bawa korban yang lebih parah yang nggak bisa denger sama nggak bisa atur napas," ujar Ima (21), mahasiswa yang membantu relawan tim medis.

Sempat menumpuk di jalur bawah Semanggi, massa mulai terlihat berpencar dan tak lagi memenuhi area tersebut pada pukul 19.30 WIB. Mereka berjalan ke segala arah menjauhi Kompleks Parlemen Senayan. Tak banyak yang masih bertahan di simpang Semanggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement