Senin 30 Sep 2019 16:23 WIB

Trauma Kerusuhan, Guru-Guru Izin Keluar Wamena

Kerusuhan Wamena membuat sejumlah guru trauma dan minta izin menenangkan diri.

Prajurit TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Senin (30/9/2019).
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Prajurit TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Senin (30/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Sejumlah guru yang trauma dengan kerusuhan yang melibatkan pelajar SMA dan SMP di Wamena, Papua, memilih keluar daerah untuk sementara waktu. Kepala SMA Negeri 1 Wamena Yosep Suryo Wibisono mengatakan bahwa guru trauma karena menyaksikan langsung kerusuhan yang terjadi juga lingkungan sekolah.

"Kondisi ini saya maklumi karena trauma, tidak bisa dipulihkan dalam waktu singkat. Sekitar 10 orang minta izin menenangkan diri di Jayapura dan Jawa," kata Yosep di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Senin.

Baca Juga

Menurut Yosep, guru-guru yang meminta izin itu berjanji akan kembali lagi apabila kegiatan belajar mengajar sudah mulai.

Pascakerusuhan berdarah pada Senin, (23/9), ada juga orang tua yang meminta surat pindah bagi anak mereka. Akan tetapi, pihak sekolah belum memproses karena situasi sekolah yang belum normal.

"Ada juga orang tua dan siswa yang menanyakan kapan proses belajar mengajar (PBM) dimulai, tetapi kami masih tunggu instruksi dari pimpinan," katanya.

Walau belum ada instruksi tertulis dari dinas pendidikan provinsi yang membawahi SMA dan SMK, Yosep memastikan sekitar pekan ke dua atau tiga Oktober proses belajar-mengajar (PBM) akan dimulai. Ia menepis informasi yang beredar bahwa sekolah baru dibuka Januari 2020.

"Kami mungkin minggu ke dua atau ke tiga Oktober, kalau memang sudah ada instruksi baru kami mulai laksanakan PBM," katanya.

Kerusuhan yang melibatkan pelajar di Jayawijaya itu mengakibatkan seorang guru SMA 1 mengalami luka lemparan batu sehingga dirujuk ke Jayapura. Kaca-kaca jendela dan pagar SMA 1 Wamena juga dirusak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement