Senin 30 Sep 2019 15:41 WIB

Harmonisnya Hubungan Perantau Minang dengan Penduduk Wamena

Perantau Minang memegang falsafah di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Muhammad Hafil
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat menemui ratusan warga perantau di Makodim  Wamena, Ahad (29/9) .
Foto: Dok Pemprov Sumbar
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat menemui ratusan warga perantau di Makodim Wamena, Ahad (29/9) .

REPUBLIKA.CO.ID,PADANG--Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM) Wamena Novi Zendra mengatakan selama ini hubungan warga perantau asal Sumatra Barat di Wamena, Papua berjalan harmonis. Warga asli Wamena dan Papua secara umumnya menurut Novi menyukai karakter orang Minang.

Novi mencontohkan masyarakat asli Papua termasuk Wamena menyukai bekerja dengan orang minang. Karena orang Minang memperlakukan warga asli bukan sebagai bawahan, tapi sebagai teman dan sahabat. Bahkan ada yang seperti saudara.

Baca Juga

"Warga Wamena asli, atau orang lembah, itu menyukai orang Minang. Mereka nyaman bekerja dengan orang Minang karena tidak diperlakukan seperti anak buah," kata Novi kepada Republika, Senin (30/9).

Novi memastikan selama ini tidak pernah terjadi gesekan atau pertikaian antara perantau dari Minang dengan warga asli Papua. Karena di manapun negeri perantauan, orang Minang kata Novi selalu memegang prinsip 'Di Ma Bumi Dipijak, Di Situ Langik Dijunjuang'.

Prinsip yang berarti selalu menghargai dan menghormati tata cara hidup, perilaku dan ada budaya warga asli suatu daerah. Sehingga menurut Novi, perantau Minang selalu mudah beradaptasi dengan daerah perantauannya.

Novi meminta semua warga Sumbar baik yang di perantauan maupun di Ranah Minang supaya tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat Papua sebagai saudara sebangsa. Novi menginginkan hubungan baik dengan warga keturunan Minang dengan warga Wamena dan Papua terus dilanjutkan.

Novi yang memang berdomisili di Wamena mengatakan kondisi di Wamena sudah mulai kondusif. Aktivitas warga di tengah kota berangsur normal. Pertokoan-pertokoan di dalam kota sudah mulai buka. 

Tapi warga Minang yang saat ini mengungsi di Markas Kodim Wamena, Polres Wamena dan daerah lainnya masih belum bisa kembali beraktivitas karena toko, rumah dan harta benda mereka hangus terbakar. 

Selain itu, psikologis pengungsi juga masih trauma akibat kejadian penyerangan pekan lalu.Yang merasa trauma kata Novi tidak hanya korban yang terdampak langsung. Warga pendatang dan warga asli yang tidak menjadi korban juga merasa trauma akibat kejadian naas di Wamena awal pekan lalu tersebut.

"Trauma, ya pasti. Yang bukan korban saja trauma," ucap Novi.

photo
Peti jenazah warga Sumbar yang meninggal karena kerusuhan di Wamena Papua sampai di Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar, Kamis (26/9).

Novi menyebut pengungsi yang berada di Makodim dan Polres setiap hari diberikan bantuan logistik seperti makanan dan minuman oleh Pemkab Jayawijaya. Makanan dan Minuman dari Pemda tersebut disalurkan melalui dapur umum di lokasi pengungsian.

Sementara, Presiden Jokowi menyebut kericuhan yang terjadi di Wamena, bukan merupakan konflik antaretnis. Ia juga menegaskan, aparat keamanan telah bekerja keras memberikan perlindungan dan keamanan terhadap warga.

"Perlu saya sampaikan aparat keamanan telah bekerja keras untuk melindungi semua warga. Jadi jangan ada yang menggeser-geser menjadi seperti sebuah konflik etnis, itu bukan," ujar Jokowi.

Ia menjelaskan, kerusuhan dan pengrusakan rumah-rumah warga dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata. Bahkan dalam aksi kerusuhan dan pembakaran rumah tersebut menyebabkan sebagian besar warga pendatang menjadi korban meninggal. 

Seperti diketahui, telah terjadi kerusuhan di Wamena pekan lalu. Kerusuhan ini berawal dari aksi unjuk rasa yang memprotes dugaan rasisme oleh seorang guru. Akibat kerusuhan dalam aksi ini, tak sedikit rumah warga, fasilitas umum, dan juga kantor pemerintahan yang dirusak oleh massa. Selain itu, warga juga turut menjadi sasaran pun mengungsi ke daerah lain di sekitar Wamena. 

photo
Warga memadati Bandara Wamena, Jayawijaya, Papua, Jumat (27/9/2019).

Dampak lainnya, kerusuhan ini memunculkan korban jiwa hingga lebih dari 30 orang. Sebanyak sembilan orang di antaranya merupakan perantau Minang asal Pesisir Selatan, Sumbar. Selain itu, hampir 400 perantau Minang di Wamena mengungsi. 

Wagub Sumbar sudah mengunjungi Wamena pekan lalu. Dia mendata jumlah pengungsi yang akan dipulangkan ke Sumbar.

 

Urunan

Warga Sumbar terus melakukan penggalangan dana untuk membantu pemulangan perantau yang sedang kesulitan di Wamena Papua. Penggalangan dana lewat Rekening Sumbar Peduli Sesama ini sampai Senin (30/9) siang sudah mencapai Rp 360 juta lebih.

"Total rekening Sumbar Peduli sesama sampai pukul 11.20 WIB Senin 30 September Rp 369 juta lebih," kata Kepala Biro Humas Pemprov Sumbar Jasman Rizal, melalui pesan di grup.

Rekening Sumbar Peduli Sesama ini dibuat melalui Bank Nagari dengan no rekening 2101.0210.07340-3 atas nama Sumbar Peduli Sesama. Penggalangan dana ini sudah dimulai sejak Sabtu (28/9).

Rekening Sumbar Peduli Sesama ini sudah ramai disosialisasikan melalui media massa dan media sosial. Jasman menyebut dana yang masuk ke Rekening Sumbar Peduli Sesama sejauh ini berasal dari 302 individu dan beberapa instansi.

Rekening Sumbar Peduli Sesama dibuat untuk menampung bantuan dari warga Sumatera Barat yang berada di kampung halaman maupun perantauan. Dana ini nanti akan diperuntukkan buat perantau Minang di Wamena menyusul kerusuhan yang terjadi di ibu kota Jayawijaya itu pada 23 September. Kerusuhan tersebut menyebabkan sekitar 30 orang meninggal, termasuk di antaranya perantau asal Sumbar

Jasman mengatakan Pemerintah Provinsi akan memperbanyak sosialisasi guna mengoptimalkan upaya penggalangan dana. Ia juga mengajak seluruh warga menyumbangkan dana untuk membantu pemulangan perantau Sumatera Barat di Wamena, yang menurut perkiraan membutuhkan dana setidaknya Rp 4,5 miliar.

photo
Prajurit TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Senin (30/9/2019).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement