REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengusaha Erick Thohir menilai Yogyakarta memiliki potensi pertumbuhan ekonomi besar. Namun, ia menilai, potensi-potensi itu belum bisa dioptimalkan karena masih lemah dari sisi implementasi.
"Kita potensi pariwisata besar, potensi usaha kecil menengah besar, tapi masalahnya kadang-kadang cuma teori, implementasi masih kurang," kata Erick saat mengisi Millennial Zeru di GSP UGM, Kamis (26/9).
Ia mendorong dihadirkan wadah-wadah yang mempertemukan banyak unsur mulai pemerintah daerah, akademisi sampai pelaku-pelaku usaha lokal. Baik itu bidang pariwisata, UMKM, kuliner dan bidang-bidang lain.
Dari sana, akan diketahui kebutuhan-kebutuhan apa yang bisa diberi demi menguatkan industri kreatif lokal. Termasuk, diidentifikasi dorongan-dorongan yang sebenarnya dibutuhkan pelaku-pelaku lokal.
"Saya rasa kesempatan Yogyakarta untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi, apalagi di sini infrastruktur sudah siap, sumber daya manusia sudah siap," ujar Erick.
Bahkan, ia mengingatkan, untuk bidang pariwisata saja target-target wisata sudah dimiliki Yogyakarta. Jadi, tinggal dibangun ekosistem dari sisi investasi ekonomi yang tentu butuh implementasi nyata.
Terlebih, Erick merasa, hari ini pembangunan Indonesia sedang giat-giatnya dilakukan. Karenanya, ia melihat, Yogyakarta seharusnya mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, setidaknya untuk Pulau Jawa.
Ia menekankan, Jakarta kini sudah terlalu padat. Bahkan, salah satu pertimbangan pemindahan ibu kota tidak lain mengurangi beban Jakarta ke Kalimantan yang penduduknya cuma sekitar enam persen Indonesia.
"Terlepas dari itu, potensi Yogyakarta sangat besar, turis asing di Yogya baru 400 ribu, saya rasa untuk mencapai angka 1-2 juta masih bisa tercapai karena punya titik-titik pariwisata potensial," kata Erick.