REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menyatakan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melanda sejumlah provinsi di Indonesia telah mengganggu produktivitas petani.
"Kami petani terganggu karena asap. Petani buah kita, hortikultura terganggu," kata Ketua Umum KTNA Ir Winarno Tohirdi Pekanbaru, Selasa malam (24/9).
Winarno mengatakan asap berdampak begitu besar kepada petani di Riau, dan sejumlah provinsi lainnya yang dilanda kebakaran. Buah-buahan pada tanaman hortikultura serta hasil tanaman pangan, katanya, terganggu karena tidak mendapat pencahayaan matahari yang cukup.
Akibatnya, para petani mengeluhkan buah yang mulai rontok serta hasil panen yang terancam tidak maksimal.
"Buah kita pada rontok. Tidak hanya buah, juga tanaman pangan. Kami petani terganggu semua," ujarnya di sela kegiatan Expo KTNA Nasional yang diselenggarakan di Halaman Masjid An Nur Kota Pekanbaru.
Winarno mengatakan belum menghitung secara rinci kerugian para petani yang terdampak kabut asap tersebut dan diakuinya masih tengah mengumpulkan informasi dari para petani yang terdampak.
"Kita masih hitung. Karena ini kan belum hilang (asapnya). Nanti saya minta laporan dari teman-teman," ujarnya.
KTNA menggelar rembuk Nasional yang diselenggarakan di Kota Pekanbaru sejak Minggu kemarin (22/9) hingga Rabu besok (25/9). Kegiatan pembukaan rembuk nasional itu sebelumnya dihadiri pejabat pemerintahan Provinsi Riau serta Kementerian Pertanian.
Winarno menjelaskan salah satu poin penting hasil kegiatan itu adalah kesepakatan dan komitmen untuk melaksanakan kegiatan pertanian dengan tanpa bakar, namun dengan memanfaatkan mekanisasi pertanian serta dekomposer. Upaya itu sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah menekan kebakaran hutan dan lahan.
Selain itu, KTNA juga siap membantu pemerintah dengan menghadirkan 350 ribu penyuluh pertanian swadaya yang terakreditasi. Keberadaan penyuluh pertanian tersebut diharapkan menjadi jawaban minimnya penyuluh pertanian pegawai negeri sipil yang ada saat ini.
Selanjutnya, Winarno mengakui jika saat ini para petani masih kesulitan untuk memasarkan hasil produksi tani mereka. Kesulitan itu juga selaras dengan harga jual hasil pertanian yang minim. Untuk itu, ke depan KTNA akan menginisiasi pendirian KTNA Mart, yang khusus menampung hasil pertanian lokal.
"Kami sudah mengawali di Kabupaten Indramayu dan ke depan diharapkan juga berdiri di seluruh Indonesia," ujarnya.
Pada akhirnya, seluruh program yang dijalankan KTNA tersebut adalah untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Dia menjelaskan jika Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang sangat besar, terutama dalam bidang pangan karena tidak sebanding antara pertumbuhan penduduk dan lahan pertanian.