REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Untuk mengampanyekan permainan tradisional Sunda, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil dan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi ikut bermain bersama ratusan anak sekolah di halaman parkir barat Gedung Sate Kota Bandung, Selasa (24/9).
Ridwan Kamil pun mencoba berbagai permainan tradisional tersebut. Yakni, mulai boy-boyan hingga sondah. Permainan yang di gelar di Gedung Sate tersebut, merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) dan LPAI yang mengusung tema "Asik Tanpa Gawai" alias Astaga.
Sejumlah permainan tradisional Sunda, ikut diperkenalkan. Antara lain engklek cingciripit, sorodot gaplok, sapintrong, dan galasin. Menurut Ridwan Kamil, kampanye ini bertujuan melestarikan permainan tradisional sekaligus mengurangi penggunaan gawai (gadget) khususnya smartphone pada anak.
"Dengan LPAI, kami (Pemdaprov Jabar) mengampanyekan permainan tradisional untuk mengurangi penggunaan gadget melalui permainan motorik, tadi saya ikut boy-boyan, sondah, dan lainnya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Pemprov Jabar sendiri, kata dia, terus berupaya mewujudkan seluruh 27 wilayahnya menjadi kabupaten atau kota yang ramah anak. Salah satu indikatornya, yakni tersedianya ruang permainan anak.
Emil memaparkan, adapun dari 27 kabupaten atau kota di Jabar, 24 daerah di antaranya sudah dinyatakan ramah anak oleh pemerintah pusat. Jumlah itu menjadikan Jabar sebagai provinsi dengan kabupaten atau kota ramah anak terbanyak di Indonesia.
"Dari 27 daerah, 24 sudah sudah ramah anak. Tinggal tiga lagi yaitu Purwakarta, Pangandaran, dan Indramayu. InsyaAllah dalam satu tahun ke depan, semua daerah sudah ramah anak," kata Emil.
Selain itu, kata Emil, Pemprov Jabar mendukung kampanya pelestarian permainan tradisional dan pengurangan penggunaan gawai pada anak dengan alokasi anggaran untuk forum anak agar anak memiliki ruang berekspresi seluas-luasnya.
"Kami juga menggeser dari digital ke baca buku diperbanyak. Kami (Pemprov Jabar) dapat penghargaan literasi, dengan membuat kotak literasi yang disimpan di ruang publik," kata Emil merujuk program Kotak Literasi Cerdas (Kolecer) yang mendapat penghargaan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Saat ini, kata dia, Jawa Barat memiliki lebih dari 400 permainan tradisional. Yakni, mulai dari yang menggunakan alat, tanpa alat, hingga permainan pikiran, telah diteliti dan dibukukan oleh Komunitas Hong komunitas yang aktif melestarikan permainan tradisional khas Sunda.
"Ini menandakan tingginya adiluhung peradaban di tatar Jabar terkait yang namanya kegembiraan tanpa teknologi. Maka, kami bersama LPAI akan terus pertahankan dan lestarikan (permainan tradisional)," kata Emil.
Sementara menurut Ketua LPAI Seto Mulyadi, anak-anak adalah peniru terbaik di dunia. Bila orang tuanya sibuk bermain gadget, maka jangan salahkan anak bila mengikuti kebiasaan tersebut.
"Akhirnya, anak-anak lebih gampang bertanya pada gadget tentang apa pun, yang dengan mudah dijawab oleh gadget. Bertanya ke orang tua malah susah, ini akan membuat anak frustrasi," ujar Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto ini.
Oleh karena itu, kata dia, LPAI mencanangkan gerakan nasional Sasana alias "Saya Sahabat Anak". Terkait permainan tradisional, Kak Seto mengatakan hal itu memiliki banyak manfaat yakni memicu perkembangan psikomotorik dan psikososial serta membangun nilai moral dan melatih kejujuran.
"Maka, gubernur juga harus menjadi Sahabat Anak. Jadi inilah yang mendorong kami untuk menggerakkan semua jadi Sahabat Anak supaya tercipta kota atau kabupaten ramah anak hingga ujungnya Indonesia Layak Anak," katanya.