Selasa 24 Sep 2019 07:17 WIB

Kebakaran di Kalteng Sudah Hanguskan 800 Hektare Lahan

Diperkirakan jumlahnya akan bertambah karena kebakaran lahan masih terjadi.

Aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia dan Save Our Borneo melakukan aksi pembentangan spanduk raksasa di bawah Jembatan Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ahad (22/9/2019).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia dan Save Our Borneo melakukan aksi pembentangan spanduk raksasa di bawah Jembatan Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ahad (22/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT - Kebakaran lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, saat ini sudah menghanguskan sekitar 800 hektare lahan. Diperkirakan jumlahnya akan bertambah karena kebakaran lahan masih terjadi.

"Luasan lahan yang terbakar belum kami hitung secara pasti tapi kemarin memang ada data tapi perkiraan sudah di atas 700 hektare. Mungkin hampir 1.000 hektare, kemarin sudah 800-an hektare tapi belum kami rilis. Dalam dua atau tiga minggu kedepan diperkirakan bisa mencapai di atas 1.000 hektare," jelas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Muhammad Yusuf, Selasa (24/9)

Menurut dia, kebakaran masih terjadi di Kotawaringin Timur. Selain di seputaran Kota Sampit, kebakaran lahan juga masih terjadi di sejumlah kecamatan.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur meningkatkan status siaga menjadi tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan mulai 17 September 2019 karena kebakaran lahan meningkat dan terjadi di 17 kecamatan yang ada di kabupaten ini.

"Kekeringan akibat kemarau yang terjadi saat ini sudah sangat ekstrem. Potensi kebakaran lahan sangat tinggi karena lahan dan semak menjadi kering sehingga mudah terbakar," ujarnya.

Parahnya, kata dia lahan yang terbakar umumnya lahan gambut sehingga sulit dipadamkan karena api membakar hingga ke dalam tanah. Jika pemadaman kebakaran hanya di permukaan, dalam waktu singkat api dari dalam tanah akan kembali muncul dan menjalar.

Api tidak mati jika lahan gambut belum terendam. Untuk itulah pemadaman kebakaran lahan gambut terpaksa dilakukan berulang-ulang agar gambut menjadi basah dan api di dalam tanah benar-benar padam.

Kebakaran lahan yang menimbulkan asap telah membawa dampak buruk bagi masyarakat. Saat ini sudah 4.000 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terjadi di Kotawaringin Timur. Asap juga membuat sekolah terpaksa diliburkan dan penerbangan beberapa kali terganggu.

"Kekeringan sangat ekstrem ini diperkirakan terjadi hingga Oktober 2019. Pembakaran sampah pun membahayakan, apalagi pembakaran lahan perorangan dan perkebunan yang disengaja. Polres menyatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap pembakar lahan," tambahnya.

Yusuf menyebutkan, modifikasi cuaca hujan buatan yang dipusatkan di Palangka Raya mulai berimbas ke Kotawaringin Timur. Sejumlah wilayah sempat diguyur hujan meski curah hujannya kecil atau rendah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement