REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Anantasena mengungkapkan kendala hujan buatan di daerah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menurutnya, asap karhutla menghalangi penguapan air yang dapat membentuk awan hujan.
"Padahal, untuk membuat hujan buatan, garam NaCl harus disemai di awan yang memiliki kemungkinan menjadi hujan," kata Yudi dalam Forum Merdeka Barat 9 yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Senin.
Karena itu, untuk mengurangi asap, BPPT juga menyemai kapur CaO sehingga sinar matahari dapat menembus dan menguapkan air sehingga bisa menjadi awan hujan. Yudi mengatakan, BPPT sudah mulai melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca di Riau sejak Februari 2019 dan di Sumatra Selatan sejak Agustus 2019, tetapi potensi awan yang bisa menjadi masih belum banyak.
"Secara lokal di beberapa tempat memang sudah terjadi hujan buatan dengan intensitas sedang, misalnya, di beberapa tempat di Kalimantan Tengah," tuturnya.
Menurut prakiraan cuaca, di Pekanbaru pada pekan keempat September 2019 akan ada potensi awan yang bisa menjadi hujan.
"Sekecil apapun potensi awan yang bisa menjadi hujan, tetap akan disemai agar turun hujan buatan," kata Yudi yang menjadi salah satu narasumber Forum Merdeka Barat 9 bertema kebakaran hutan dan lahan.
Selain Yudi, narasumber lainnya adalah Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rasio Ridho Sani dan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Provinsi Jambi Apani Saharudin.