REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Direktur Program Yayasan IAR Indonesia Karmele L. Sanchez mengatakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang meluas di Sumatra dan Kalimantan tidak hanya berdampak buat Indonesia. Tapi juga bagi dunia internasional.
Karmele menyebut jutaan hektare lahan yang terbakar di Indonesia telah menambah angka pemanasan global. “Akibat kebakaran gambut green house emisi bertambah, dan akibatnya kepanasan global semakin bertambah,” kata Karmele, melalui siara pers yang diterima Republika, Senin (23/9).
Karmele menyebut kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra adalah satu bukti nyata tentang krisis mengenai perubahan iklim dan kepunahan masal di seluruh dunia. Yayasan IAR bersama BKSDA selama ini intens melakukan penyelamatan terhadap spesies orang utan yang terdesak akibat meluasnya Karhutla.
Karmele meyakini, selain orang utan, ada lagi jutaan spesies satwa dan tumbuhan yang terbakar dan tak sempat diselamatkan. Kebakaran tumbuhan kata Karmele menyebabkan krisis mengenai perubahan iklim.
Karleme menilai Karhutla di Kalimantan dan Sumatra harusnya tidak hanya ditangani oleh Indonesia. Tapi bahkan oleh negara-negara di dunia.
“Pemerintah dari seluruh dunia harus bergerak mulai dari sekarang sebelum semuanya terlambat untuk mengatasi masalah ini,” ucap Karmele.
Menurut Karmele, negara-negara luar terlebih negara tetangga yang terkena dampak langsung kabut asap kiriman Karhutla Indonesi harus turut bersumbangsih menyelesaikan persoalan. Karena urusan iklim kata dia tidak hanya menjadi tanggung jawab satu negara saja.