Senin 23 Sep 2019 15:00 WIB

Pembudidaya Ikan di Waduk Saguling Banting Setir Jadi Petani

Kemarau menyebabkan air surut dan produksi ikan berkurang.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Genangan air di waduk Saguling, tepatnya di Jembatan Ciminyak, Cililin, Kabupaten Bandung Barat mengalami penyurutan akibat musim kemarau. Para pembudidaya ikan terpaksa beralih profesi menjadi petani, Senin (23/9).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Genangan air di waduk Saguling, tepatnya di Jembatan Ciminyak, Cililin, Kabupaten Bandung Barat mengalami penyurutan akibat musim kemarau. Para pembudidaya ikan terpaksa beralih profesi menjadi petani, Senin (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID,  CILILIN- Sebagian pembudidaya ikan di keramba jaring apung (KJA) dan pengelola rumah makan terapung di Jembatan Ciminyak, Desa Rancapanggung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat beralih profesi menjadi petani. Sebab, air di waduk Saguling surut sejak beberapa bulan terakhir.

Salah seorang pemilik rumah makan terapung, Yanto Hermansyah (52) mengaku kemarau sudah berlangsung sejak bulan Juli dan air mulai menyurut. Saat itu katanya rumah makan masih bisa mengambang dan beroperasi secara maksimal.

Baca Juga

Namun pada awal September, air sudah sangat surut. Akibatnya rumah makan tidak bisa beroperasi secara maksimal. Dirinya mengaku dari satu minggu hanya mendapatkan penghasilan Rp 1 juta dari rumah makan. Jumlah tersebut katanya jauh dari kondisi normal.

"Masih ada yang makan disini tapi sedikit anak-anak dan keluarga. Sekarang para pekerja di rumah makan juga dialihkan pekerjaannya jadi bertani," ujarnya saat sedang bertani ditemui di lahan Waduk Saguling Senin (23/9).

Dirinya mengungkapkan, kondisi air yang surut sudah menjadi rutinitas dan bukan hal yang baru. Namun sudah berlangsung lama. Ia pun bercerita bersama lima orang pekerjanya berencana akan menanam jagung, timun dan kacang panjang di area lahan seluas 200 tumbak.

"Alih fungsi asalnya perikanan ke pertanian hampir 100 persen petani ikan," katanya. Meski berencana bertani, dirinya mengaku belum tentu tanaman yang ditanam akan menghasilkan.

Ia menyebut musim kemarau dan surutnya air diperkirakan akan berlangsung hingga Januari. Januari air mulai naik sampai bulan keempat. Baginya, kondisi saat ini belum ada bantuan atau dispensasi dari pemerintah daerah setempat.

Salah seorang warga lainnya, Uned (60) mengaku sudah memanfaatkan lahan di Waduk Saguling sejak 4 bulan terakhir untuk menanam padi. Ia memanfaaatkan lahan sebab kondisi air yang surut. Katanya mayoritas warga sekitar memanfaatkan lahan untuk bertani.

"Memanfaatkan lahan saat surut, kalau lagi penuh air mah lahan terendam. Warga disini banyak menanam padi dan jagung. Kalau lagi air penuh bapak menanam di tempat lain atau bekerja ke Jakarta," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement