REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menyebut titik hotspot kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada tahun ini mengalami peningkatan hingga lebih dari 200 persen. Kendati demikian, wilayah yang terbakar disebutnya tak lebih banyak dari tahun lalu.
Tahun ini area yang terbakar seluas 328 ribu hektare, sedangkan pada tahun lalu luas area yang terbakar mencapai 510 ribu hektare. “Tahun ini memang agak panas, hotspot tinggi sampai dengan lebih dari 200 persen kenaikan. Tapi areal terbakar masih lebih rendah dari tahun lalu yaitu 328 ribu hektare tahun ini dan 510 ribu hektare tahun 2018 lalu,” jelas Siti saat kepada Republika.co.id, Ahad (22/9).
Siti menjelaskan, langkah penanganan karhutla di Indonesia ditangani dengan sistematis. Hal ini terbukti saat Indonesia menangani karhutla dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, manajemen penanganan karhutla disebutnya telah berubah lebih baik.
Menurutnya, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pemadaman karhutla baik di Sumatera dan Kalimantan. Sebanyak 52 unit helikopter juga telah dikerahkan untuk operasi waterbombing. Dan sebanyak 300 juta liter air juga telah digunakan untuk memadamkan api.
Selain itu, pemerintah telah mengerahkan sekitar 23 ribu personel TNI dan Polri di sejumlah provinsi. Aparat penegak hukum juga secara intensif menindak para pelaku pembakar hutan dan lahan.
Siti mengatakan, hujan buatan yang dilakukan juga telah berhasil menurunkan hujan di Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan juga Kalimantan Selatan. “Malaysia diuntungkan dengan posisi musim di mana bibit awan lebih duluan hadir dan cukup banyak di wilayah Malaysia. Sementara itu transboundary haze yang dimulai sejak tanggal 13 September saat ini sudah mulai menipis,” jelas Siti.