REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kedutaan Besar Amerika Serikat menggelar pelatihan untuk para mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) dengan mendatangkan berbagai pelatih sepak bolah profesional dari negara asalnya. Kegiatan yang diselenggarakan di Unsil Kota Tasikmalaya itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani.
Asisten Atase Kebudayaan Kedubes Amerika, Emily G Abraham mengatakan, kegiatan itu merupakan merupakan bagian dari program pertukaran untuk pelatihan olahraga sepak bola (Soccer Choaces Reserve Exchange). Dalam kegiatan, pelatih dari Bay Area Women's Sport Initiative (BAWSI) dan Coaches Across Continents (CAC), berbagi ilmu dengan mahasiswa Unsil tentang metode kepelatihan. Sebelumnya, para pelatih itu juga menggelar pelatihan kepada 15 pengajar olahraga dan 70 siswa di SMPN 5 Tasikmalaya.
"Tujuan setiap kegitan kami adalah untuk berbagi nilai-nilai yang sama antara di Amerika dan Indonesia. Apalagi tahun ini kita merayakan hubungan diplomasi yang ke 70 antara Indonesia dan Amerika," kata dia, Jumat (20/9) di Unsil Tasikmalaya.
Menurut dia, Indonesia dan Amerika memiliki kemiripan dalam budaya. Ia menyebutkan, dua negara itu sama-sama mengusung sistem demokrasi dan menjadi salah satu yang yang terbesar di Indonesia. Tak hanya itu, ia menambahkan, Indonesia dan Amerika juga memiliki budaya tolerasi, gotong royong, dan keberagaman.
Dalam perayaan 70 tahun hubungan diplomasi Amerika dan Indonesia, Kedubes Amerika sengaja membuat progam bertema sepak bola. Pasalnya, sepak bola merupakan olahraga yang populer bukan hanya di dunia, melainkan juga Indonesia.
Apalagi, lanjut dia, sepak bola bukan olahraga yang hanya dimainkan oleh kaum laki-laki. Lebih dari itu, sudah mulai banyak perempuan yang juga bermain sepak bola.
"Kita ingin menumbuhkan kesadaran tentang segala sesutu yang sama antara Indonesia dan Amerika. Betapa pentingnya kita menurunkan nilai-nilai itu ke generasi selanjutnya," ujar dia.
Emily mengungkapkan, banyak juga pelatih muda Indonesia yang memiliki potensi. Ia menyebutkan, salah satu perempuan muda pelatih dari Indonesia adalah Sicillia Setiawan. Menurut dia, Secillia telah membuat kulikulum untuk para pelatih agar bisa berbicara kepada para pemain mengenai masalah sensitif.
"Kita juga mendanai pilot project-nya tahun lalu untuk mendukung program itu," kata dia.
Dengan menyasar ke sekolah, pesantren, dan kampus, Kedubes Amerika sekaligus memromosikan tentang program beasiswa dan pertukaran pelajar. Bukan hanya melalui program pelatihan sepak bola, pihaknya juga telah melakukan banyak program lainnya di Jawa Barat.
Emily mengatakan, ke depan pihaknya juga membuat beragam program lainnya, untuk mencari potensi di Indonesia. "Kita ingin terkoneksi dengan provinsi lain, selain juga Jawa Barat," kata dia.
Salah satu pelatih dari CAC, Charlie Crawford mengatakan, dalam kegiatan itu dirinya memberikan informasi dan berbagi pengalaman melalaui permainan untuk mengajarkan metodologi melatih sepak bola. Menurut dia, para peserta juga diajak untuk menyampaikan masalah pribadinya.
Sebelum melakukan kegiatan di Tasikmalaya, Kedubes Amerika juga melakukan kegiatan serupa di Bandung dan Garut.
Potensi Pesepak Bola Perempuan
Pelatih sepak bola putri, Jennifer Smith mengatakan, dalam mengajarkan mahasiswa, ia menjelaskan banyak metodologi berbeda. Dari metodologi itu, anak-anak bisa memilih yang paling tepat untuk diterapkan.
"Itu sangat menarik dan bisa membangun semangat setiap anak yang ada," kata dia.
Ia mengakui, perempuan pesepak bola di Indonesia masih lebih sedikit dibanding laki-laki. Meski begitu, para perempuan itu cukup menikmati dan memiliki gairah yang sama dalam bermain dan belajar sepak bola.
Ia menilai, perempuan pesepak bola Indonesia memiliki potensi yang tinggi. "Saya yakin justru mereka akan lebih dulu masuk Piala Dunia dibanding laki-laki. Tentu ketika itu terjadi, warga Indonesia bisa merayakannya dan akan lebih banyak lagi anak perempuan yang ingin bermain sepak bola," kata dia.
Salah satu mahasiwa yang ikut kegiatan itu, Selly Putri (20 tahun) mengatakan sangat terbantu dengan wawasan yang baru diterimanya itu. Bahkan, ia mengaku mendapat pengetahuan mengenai masalah dalam olah raga dan cara mengatasinya.
Salah satu mahasiswa lainnya, Alda Hindiani (21) menilai, kegiatan itu sangat berguna untuk mahasiwa, apalagi dirinya sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani. Melalui kegiatan itu, ia mengaku belajar lebih banyak dalam menghadapi anak untuk mengajarkan olah raga.