Jumat 20 Sep 2019 22:11 WIB

Bamsoet Minta Golkar Jadi Rumah Bangsa

Bamsoet berharap Golkar tetap utuh.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Muhammad Hafil
Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo menjawab pertanyaan wartawan seusai menemui Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo menjawab pertanyaan wartawan seusai menemui Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (15/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet meminta semua kader dan simpatisan Golkar untuk selalu memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta menghormati perbedaan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Dia mengatakan, hal itu agar Golkar bisa tetap utuh menjadi rumah besar kebangsaan dab penyangga keutuhan NKRI.

"Golkar telah membaktikan diri sebagai benteng utama penjaga Pancasila dan UUD 1945 selain berperan sebagai wadah berhimpun masyarakat untuk mempersembahkan karya nyata guna menunjang terciptanya kesejahteraan rakyat sesuai dengan cita-cita Proklamasi," ujar Bamsoet di Jakarta, Jumat (20/9).

Baca Juga

Hal itu diungkapkan Bamsoet saat menjadi pembicara utama dalam diskusi Publik 'Merawat Golkar sebagai Rumah Besar Kebangsaan'. Hadir sebagai pembicara lain Salim Said, Effendi Ghazali dan M. Qodari.

Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 ini mengapresiasi eksponen Ormas Tri Karya Golkar yang masih terus dirasakan dalam setiap perhelatan politik penyelenggaraan pemilihan umum maupun penyelenggaraan munas partai. Khususnya sebagai kekuatan moral yang menjaga kesinambungan partai sebagai penyalur aspirasi politik rakyat Indonesia yang berorientasi kepada karya dan kekaryaan.

Menghadapi suksesi kepemimpinan di Partai Golkar, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan Ketua Umum Partai Golkar mendatang haruslah seseorang yang mampu memegang teguh prinsip dan norma PDLT (Prestasi, Dedikasi, Loyalitas dan Tidak Tercela). Seorang pemimpin, menurutnya juga tak boleh menutup ruang diskusi, serta harus selalu siap lapang hati menerima kritikan.

Dia berpendapat, tidak heran jika kader meminta dilakukan konsolidasi menyeluruh guna mengadakan penataan kelembagaan serta melakukan reformasi internal untuk menyesuaikan diri dengan derap langkah perkembangan zaman kalau pemimpin yang sudah anti kritik

"Salah satu bukti tertinggalnya Partai Golkar oleh roda zaman bisa dilihat dari sedikitnya millenial yang memilih Partai Golkar pada Pemilu 2019 lalu, lantaran mereka menilai Partai Golkar adalah partai jadul," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement