REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Polri mengklaim polusi udara dari dampak kejahatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, tak seburuk yang diberitakan. Kadiv Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Muhammad Iqbal mengaku, sudah mengecek langsung ke wilayah tersebut dan menemukan situasi masyarakat di Pekanbaru yang normal.
“Jadi tidak seutuhnya benar asap karhutla itu darurat di Pekanbaru,” kata Iqbal di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta, Jumat (20/9).
Iqbal mengaku, pada awal pekan kemarin, ikut mendampingi Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian melakukan inspeksi penanganan karhutla di Riau. Inspeksi tersebut menjadi kunjungan Tito yang kedua kalinya sejak karhutla melanda Riau, dan sejumlah provinsi lainnya.
Menurut Iqbal, dirinya bersama rombongan dari Jakarta, sengaja bermalam sehari semalam di Pekanbaru. Pada siang hari, kata Iqbal kondisi langit di kota tersebut normal. Ia menepis sejumlah pemberitaan di media, pun media sosial (medsos) yang mengabarkan tentang kondisi udara di Riau, kritis dan darurat akibat terpapar asap dari aksi kejahatan karhutla di wilayah tersebut.
“Situasi di Kota Pekanbaru dan sekitarnya setelah pukul 11 dan 12 (siang), clear (bersih), langit biru tampak. Artinya, tidak seutuhnya benar apa yang disampaikan oleh media,” ujar Iqbal.
Ia menambahkan, pemantauan aktivitas masyrakat di Pekanbaru, juga normal. “Masyarakat seperti biasa. Sekolah, beribadah, berekonomi. Bahkan sampai malam masyarakat keluar di taman-taman banyak,” kata dia.
Riau, menjadi salah satu provinsi terparah yang mengalami paparan asap akibat kejahatan karhutla. Dalam dua bulan terakhir, dikabarkan warga di provinsi tersebut menghadapi kondisi musiman tak dapat menikmati udara segar untuk bernafas akibat polusi udara dampak dari karhutla. Situasi tersebut memburuk dalam beberapa pekan terakhir dan mengakibatkan sejumlah aktivitas sosial, dan pendidikan lumpuh.
Polusi asap dari karhutla, juga membuat banyak warga mengalami sesak nafas. Bahkan seorang bayi yang baru lahir, diduga meninggal dunia lantaran sesak nafas dari kabut asap. Kualitas udara yang buruk, itu sempat membuat aksi migrasi sejumlah warga Riau ke provinsi tetangga Sumatra Barat (Sumbar) untuk menyelamatkan diri. Selain di Riau, polusi udara yang buruk akibat karhutla, juga terjadi di Jambi, dan Sumatra Selatan (Sumsel), Kalimantan Barat, Tengah, Selatan, dan Timur.