Jumat 20 Sep 2019 14:47 WIB

Kabut Asap di Pontianak Masuk Kategori Berbahaya

Titik panas di Kalimantan Barat mencapai lebih dari 1.400 titik.

Red: Nur Aini
Sejumlah pengendara melintasi jalan yang diselimuti kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (16/9/2019).
Foto: Antara
Sejumlah pengendara melintasi jalan yang diselimuti kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (16/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, sebanyak 1.431 hotspot atau titik panas menyebar di beberapa kabupaten di Kalimantan Barat, Jumat (20/9). Dari pantauan BMKG Supadio Pontianak, ISPU (indeks standar pencemaran udara) di Kota Pontianak dan sekitarnya masuk kategori berbahaya bagi kesehatan manusia. 

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio-Pontianak Erika Mardiyanti dalam siaran persnya di Pontianak, Jumat, menyatakan, terjadi peningkatan jumlah titik panas di Kalbar yang dipantau melalui hasil pengolahan data citra satelit Lapan mulai 19 September 2019 pukul 07.00 WIB hingga 20 September 2019 pukul 07.00 WIB, yakni sebanyak 1.431 titik panas

Baca Juga

Ia menjelaskan, jumlah titik panas terbanyak di Kabupaten Ketapang sebanyak 1.061 titik panas; disusul Kayong Utara 128 titik panas; Melawi 54 titik panas; Kubu Raya 54 titik panas; Sintang 36 titik panas; Kapuas Hulu 25 titik panas; Landak 17 titik panas; Sambas 16 titik panas; Sekadau 11 titik panas; Sanggau delapan titik panas; Mempawah enam titik panas; Bengakayang empat titik panas; Kota Singkawang satu titik panas. Sementara, di Kota Pontianak tidak ditemukan titik panas.

Sejumlah warga Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat mulai banyak yang mengeluhkan sesak napas dan sakit kepala akibat kabut asap yang semakin tebal dampak dari Karhutla (kebakaran hutan dan lahan).

"Saya tadi pagi saat berangkat kerja dari Kecamatan Pontianak Utara menuju Kota Pontianak yang jaraknya sekitar 10 kilometer, sempat mengalami sesak napas dan kepala terasa pusing karena sepanjang perjalanan melalui kabut asap yang sangat tebal," kata Masdar, salah seorang pegawai swasta.

Ia menjelaskan, udara dampak kabut asap yang sangat tebal terasa pengap dan panas, sehingga dirinya kesulitan untuk bernapas. "Saya perokok aktif, tetapi kalau udara sudah berkabut asap begini, saya mengalami sesak napas," ungkapnya.

Karena, menurut dia, asap rokok rasanya beda dengan asap dampak Karhutla yang terasa panas di tenggorokan dan hidung.

"Apalagi kabut asap juga ada partikel-partikel sisa pembakaran lahan, sehingga udara yang dihirup terasa panas dan pahit," katanya.

Hal senda juga diakui oleh Bandi, salah seorang warga Pontianak. "Meskipun sudah menggunakan masker udara terasa pengap sehingga susah untuk bernapas," ujarnya.

Dia berharap, hujan segera turun, sehingga kabut asap yang melanda Kota Pontianak sejak dua minggu terakhir segera bisa berakhir. Sehingga udara kembali normal dan masyarakat bisa melakukan aktivitas dengan normal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement