Jumat 20 Sep 2019 04:43 WIB

Teringat Tarina dan Cinangka di Kamp Palestina Sabra

Banyak tenaga kerja wanita Indonesia di Timur Tengah.

Suana ibu kota Lebanon, Beirut
Foto: wikipedia
Suana ibu kota Lebanon, Beirut

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Hari ini ada kabar gembira tentang nasib Tenaga kerja wanita (TKW) asal Kampung Cijambe, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Perempuan itu bernama Dewi Puspita yang sembilan tahun hilang di Suriah akhirnya ditemukan dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani.

"Buruh migran ini ditemukan dalam hitungan hari oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus Suriah setelah kami mengirim surat ke berbagai intansi terkait," kata Tim Dewan Perwakilan Luar Negeri (DPLN) Serikat Buruh Migran Indonesa (SBMI) Riyadh Arab Saudi Agus Gia melalui sambungan telepon, Kamis (19/9).

Informasi yang dihimpun, SBMI Riyadh mendapatkan laporan dari keluarga TKW asal Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat pada 15 Juli 2019. Kemudian pada tanggal 17 Juli 2019 ,pihaknya bersurat kepada Bupati Sukabumi, Kementerian Luar Negeri RI, KBRI Damaskus, dan beberapa instansi lainnya.

Tidak lama kasus hilang kontak TKW tersebut langsung ditangani oleh pihak KBRI. Dalam hitungan hari, tepatnya pada Agustus 2019, pihak KBRI Damaskus menemukan Dewi dalam keadaan sehat di negara yang sedang mengalami konflik itu.

             ****

Sekilas memang terasa ajaib bila Dewi kini bisa kembali ke rumah. Tapi sebenarnya tidak terlalu mengherankan. Apalagi beberapa tahun silam saya pernah bertemu dengan sosok perempuan yang bekerja di daerah konflik seperti Suriah dan Lebanon itu. Tepatnya saya ketemu di sebuah apartemen di dekat kawasan Sabra  yang menjadi tempat tinggal para pengungsi Palestina.

Semula saya tak percaya bila ada sosok perempuan Indonesia ada di sana. Tapi kenyataan berbicara lain. Pada suatu hari, sekitar pukul 07.30 pagi, tiba-tiba tengah berjalan kaki cari sarapan, mata ini terserobok pada pemandangan sebuah perempuan berjalan kaki menyusuri keramaian sembari memegangi tali anjing pudel.

Awalnya saya biasa saja karena pemandangan itu lazim saja di masyarkat Beirut yang tak hanya beragama Islam. Batin saya:"Mungkin perempuan itu orang Jepang. Ini karena dia berkulit putih, rambut dicat kuning, memakai tank top, dan celana blue jean ketat.

Ketika pertama dia melintas maka dianggap biasa saja. Apalagi, tak ada keperluan apa pun dan arah tujuan saya memang berlawanan dengannya. Dia yang tampaknya tengah berolahraga sedangkan saya cari sarapan pagi. Tapi sekitar setengah jam kemudian ketika saya pulang, ternyata bertemu lagi dengan perempuan 'Jepang berambut kuning' itu.

Tapi berbeda dengan kelaziman bertemu dengan orang asing, saat pandangan mata kami berserobok, tiba perempuan itu berteriak.''Malay, Are You Malay?'' tanyanya setengah berteriak sembari tersenyum.

Saya kontan tergagap menjawabnya. Bengong."No Indonesia. Not Malay,'' jawab saya.

'Hah Indon. Saya juga. Saya dari kampung Cinangka,'' katanya sembari menyebut sebuah kota kabupaten di Jawa Barat. Tak hanya itu dia lalu menyambung perkataan,''Kumaha Kang. Damang. Eh aku kangen ngomong Indon apalagi Sunda,'' cerocosnya sembari mengulurkan tangan dan menyebut nama dirinya adalah 'Tarina'.

Saya tersenyum menerima uluran tangan dan sambutannya. Saya berpikir wajar saja dia kangen dengan bahasa Indonesia dan Sunda, sebab hampir semua warga di tempat itu adalah orang Arab yang tak tahu bahasa Indonesia.

''Ini anjing kamu,'' tanya saya menanyakan anjing pudel yang tengah dibawanya.

"Bukan. Ini anjing majikan saya. Tugas saya adalah tiap hari harus membawa binatang ini lari pagi sembari saya mencari sarapan dan bahan untuk memasak,'' kata Tarina ringan.

''Kamu tidak takut?" tanya saya.

"Ya awalnya takut. Tapi lama kelamaan tidak. Dan terus terang saya juga serba salah 'reuweh'. Anjing kan air liurnya bermasalah bagi orang Muslim,' tukasnya lagi.

'Lho kok? Kan keren sepertinya?"

"Iyalah. Cakep-cakep kaya gini saya lulusan MTS dulu dikampung. Menyentuh air liur anjing kan najis,'' katanya sembari tertawa berderai derai. Saya pun ikut tertawa sembari mengatakan bila awalnya dia dikira orang Jepang karena gayanya 'modis metropilis selangit'. Persis artis Haruka di Jakarta.

'Dua bulan lagi saya pulang,'' tanya Tarina tiba-tiba tanpa perlu ditanya.

'Lho kok bisa?' selidik saya tak percaya.

'Iya, soal kontrak kerjanya sudah habis. Dahulu saya kerja tidak di sini, di Jedah Arab Saudi. Tapi kemudian ikutan pindah bersama majikan. Sebelum sampai di sini saya sempat tinggal beberapa lama di Damaskus. Nah, sekarang di Beirut. dahuku sebelum oerang, malah banyak teman saya yang kerja sampa Libya,'' ujarnya.

Saya hanya mangut-manggut membiarkan Tarinah bicara memakai bahasa Indonesia campur Sunda yang dia rindukan.''Mudah-mudahan visa saya tak bermasalah. Sebab, visa kerja saya memang untuk kerja di Arab Saudi. Saya pindah ke sini sembunyi-sembunyi di bawa majikan saya,'' ujarnya lagi.

Setelah ngomong begitu, mendadak langkah dia berbelok ke sebuah apartemen. Dia lalu mengucapkan kata berpisah.''Sudah ya Kang sampai ketemu besok. Saya tinggal di lantai 18 dan hanya di pagi hari seperti ini dibolehkan majikan ke luar. Setelah itu harus di dalam urusi rumah,'' katanya seraya berpamit.

Dan ketika dia melangkangkah masuk ke dalam apartemen, saya hanya menanggapi sembari melihat rambut bercat kuning Tarina yang dikepang bak buntut kuda. Setelah bayangan tubuhnya hilang di balik pintu, saya hanya berguman ternyata ada orang Jepang dari Cinangka di Sabra.

Alhasil, kalau sekaang 'ditemukan' Dewi yang setelah sepuluh tahun hilang di Suriah, saya merasa tak begitu heran. Sebab, saya kira Dewi memang ingin pulang karena kangen omong Sunda selaku orang 'Indon'. Dan bagi orang Beirut dan Damaskus, kata Garut Sukabumi, Cirebon, Karawang pun banyak yang kenal, alias bukan sebuah kata terlalu asing. Ini karena banyak pembantu rumah tangganya berasal dari sana.

"Saya punya empat pembantu asal Indonesia. Yang dua di rumah saya, dan yang dua orang tua di rumah ibu saya,'' begitu kata seorang ekspatriat di Beirut dalam sebuah perbincanan di lobi hotel.

Oh Dewi, Oh Tarina kemana saja kamu selama ini?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement