Rabu 18 Sep 2019 14:49 WIB

Rezeki Di Balik Tumpukan Sampah

Pemulung pernah mendapatkan kaling senilai Rp 2 juta di TPA Burangkeng.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Dwi Murdaningsih
Prajurit TNI AD membersihkan sampah di Kali Busa daerah Babelan, Kabupaten Bekasi,Jawa Barat,Senin (12/8/2019).
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Prajurit TNI AD membersihkan sampah di Kali Busa daerah Babelan, Kabupaten Bekasi,Jawa Barat,Senin (12/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI --  Rezeki tak ada yang tahu. Mungkin kalimat itulah yang pas untuk menggambarkan Madun (40 tahun), salah satu pemulung di TPA (tempat pembuangan akhir) Burangkeng.

Salah satu pemulung di TPA milik Kabupaten Bekasi tersebut mengaku sering mendapatkan "barang antik" saat memulung sampah. Barang antik yang dimaksud Madun bukanlah barang-barang bernilai ratusan juta rupiah. Barang antik adalah istilah Madun untuk benda hasil pulungan yang memiliki nilai lebih tinggi dari hasil pungutan sampah selama satu hari.

Salah satu barang antik yang pernah didapatkan Madun adalah kalung senilai dua juta rupiah. Dengan kalung tersebut ia dapat membeli motor bebek yang saat ini digunakan sebagai sarana transportasi sehari-hari.

"Kalau barang antik mah kita nggak tahu kapan dapatnya, rezeki mah siapa yang tahu. Biasanya mah ada aja barang-barang kayak gitu. Kita dapatnya bisa satu tahun sekali bisa kapan nggak tentu juga, namanya juga rezeki," kata Madun saat ditemui Republika.co.id di atas gunungan sampah.

Selain kalung, Madun mengaku pernah menemukan uang riyal dan dollar dalam tumpukan sampah. "Kalau uangnya sekitar 20 dolar. Ada juga koinnya," kata dia.

Meskipun mendapatkan "barang antik" adalah keberuntungan. Namun, Madun juga menjelaskan bahwa hal itu juga memerlukan kegigihan dan ketelitian.

"Biasanya saya nemu "barang antik" di tumpukan plastik atau di pakaian bekas. Kalau kita nggak teliti ya nggak dapat. Kalau misalnya (di pakaian) nggak ada barangnya, lumayan juga misal pakaiannya masih bagus kan, tetap harus diteliti satu persatu," tutur Madun sembari memegang gawainya.

Dalam satu harinya, rata-rata Madun bisa mendapatkan 50 kg sampah dengan jenis pecahan ember. "Kalau sampah pecahan ember itu termasuk botol shampo sama tutup botol air mineral. Sampah jenis pecahan ember ini kalau dijual harganya kadang dua ribu kadang dua ribu lima ratu rupiah," ucapnya.

Berdasarkan hasil tersebut,  Madun bisa mendapatkan uang sekitar Rp50-100 ribu per hari. Dalam satu bulannya ia bisa mendapatkan dua hingga tiga juga rupiah. Uang itulah yang selama ini mencukupi kebutuhan Madun dan keluarganya.

Madun menjelaskan, dirinya hanya bekerja selama lima hari dalam satu minggu. Ia juga mengaku, kadang kala istrinya juga turut membantunya memulung. Madun bekerja memulung sampah sejak hari senin hingga jumat. Sementara hari Sabtu, Madun membawa sampah hasil kerjanya untuk dijual kepada pelapak. Sedangkan hari Ahad, adalah waktu baginya untuk beristirahat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement