Rabu 18 Sep 2019 08:25 WIB

Asap Menyebar ke Negeri Jiran

Kebakaran hutan dan lahan di Sumatra mencapai Singapura dan Semenanjung Malaysia

Rep: ROSSI HANDAYANI FERGIE NADIRA/ Red: Muhammad Subarkah
Bangunan menjulang di distrik finansial Singapura tampak terselimuti kabut asap, Senin (16/9). Kebakaran hutan di Indonesia menjadi penyebab kabut asap di Singapura.
Foto: EPA
Bangunan menjulang di distrik finansial Singapura tampak terselimuti kabut asap, Senin (16/9). Kebakaran hutan di Indonesia menjadi penyebab kabut asap di Singapura.

REPUBLIKA, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi sebaran asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatra mencapai Singapura dan Semenanjung Malaysia. Informasi dari laman BMKG yang diperbarui pada Selasa (17/9), pukul 12.00 WIB, asap lintas batas juga terpantau dari Kalimantan Barat ke Serawak, Malaysia.

Berdasarkan citra satelit, asap terdeteksi di wilayah Riau, Jambi, Sumatra Utara, Bengkulu, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Semenanjung Malaysia, Serawak (Malaysia), dan Singapura.

Penyebaran asap hingga ke negara tetangga tersebut disebabkan arah angin di Sumatra dan Kalimantan umumnya dari tenggara-selatan ke barat laut-utara. Akibatnya, arah sebaran asap di Riau, Jambi, Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur menyebar ke arah barat laut.

Berdasarkan data BMKG, pada pukul 06.00 WIB, satelit Terra/Aqua mendeteksi 498 titik panas yang menjadi indikasi karhutla di Sumatra. Daerah paling banyak adalah Provinsi Sumatra Selatan sebanyak 194 titik, Jambi 174 titik, sedangkan di Riau 60 titik.

National Environment Agency (NEA) Singapura melaporkan, kualitas udara di negara mereka memburuk pada Selasa sore (17/9) hingga kategori tidak sehat. Padahal, sehari sebelumnya, kualitas udara sudah membaik.

Pada pukul 05.00 sore waktu setempat, pollutant standards index (PSI) yang digunakan Singapura sebagai indikator pencemar udara berada pada level 103 di wilayah barat, 102 di selatan, 93 di timur, 92 di utara, dan 91 di wilayah tengah. Menurut NEA, angka PSI 50 dan di bawahnya menunjukkan kualitas udara baik, 51-100 kategori sedang, dan 101-200 tidak sehat.

NEA menyatakan, kualitas udara berpotensi memburuk dalam 24 jam ke depan. "Semua orang disarankan mengurangi aktivitas fisik di luar ruangan yang berkepanjangan," demikian seruan NEA, seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa.

Para warga lanjut usia, wanita hamil, dan anak-anak disarankan meminimalkan aktivitas fisik di luar ruangan. Sementara, penderita penyakit paru-paru atau jantung kronis sangat disarankan tak keluar ruangan. Menurut NEA, penurunan kualitas udara sejak Selasa pagi disebabkan karhutla yang terjadi di Sumatra bagian selatan.

Sementara itu, kualitas udara di Sarawak telah mencapai tingkat berbahaya. Menurut data Departemen Lingkungan Hidup setempat, indeks pencemar udara (API) melampaui level 300 pada Selasa (17/9). Seperti dilansir the Star, Sarawak merupakan wilayah pertama yang kualitas udaranya diklasifikasikan berbahaya semenjak kabut asap menyelimuti sejak bulan ini. Sekitar 128.291 siswa terkena dampak penutupan sekolah.

Sementara itu, di Selangor, tingkat API di Johan Setia telah mencapai level 237.

Organisasi kemanusiaan Rights Asia mendesak pemerintah dan pemangku kepentingan terkait di Indonesia untuk segera menghentikan karhutla. Mereka juga mendesak pemerintah dapat menghentikan praktik pembukaan lahan yang tidak berkelanjutan.

"Pihak terkait harus membuat mekanisme kompensasi untuk dampak kebakaran hutan dan lahan, terutama untuk kelompok masyarakat yang rentan dan marginal serta pemenuhan hak-hak mereka," demikian pernyataan Rights Asia dalam siaran pers, kemarin.

Rights Asia mendorong adanya mekanisme kerja sama regional dan internasional untuk kerangka kerja yang lebih strategis dan berkelanjutan dalam mencegah serta menghentikan karhutla. "Kami juga bersedia jika korban membutuhkan kami dan segeralah menghubungi kami."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement