REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghabiskan 14,4 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 201 miliar untuk membantu pengungsi dan korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Mouting, Sulawesi Tengah. Bantuan diberikan sejak masa tanggap darurat hingga masa pemulihan.
Kepala Perwakilan Tetap PBB di Indonesia, Anita Nirody di Palu, Selasa (17/9) menjelaskan bantuan tersebut didanai oleh United Nations Central Emergency Response Fund (UNCERF) dan dikelola oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB atau Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA).
"UNCERF menerima kontribusi sukarela sepanjang tahun untuk menyediakan dana taktis aksi kemanusiaan untuk menyelamatkan jiwa, seperti yang dilakukan daerah terdampak bencana 28 September 2018 di Sulteng," ujarnya.
Ia mengungkapkan dana tersebut telah diberikan untuk membantu 378.898 pengungsi dan korban bencana. Angka itu hampir dua kali lipat melebihi target yang telah direncanakan sebelumnya yakni 191 ribu jiwa penerima manfaat.
"Dana itu dipakai, antara lain untuk perawatan medis dasar kepada 83.160 orang, bantuan tempat tinggal sementara untuk 6.891 orang, dukungan psikosisial untuk 20.048 anak-anak, vaksinasi campak dan rubella kepada 227.109 anak-anak," terangnya.
Kemudian dana tersebut digunakan juga untuk membelikan kelambu kepada 232.656 anak untuk mencegah malaria, pemberian akses air yang aman dan sanitasi yang layak bagi 205.610 anak, pemberian perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan tempat tinggal untuk 5.594 rumah tangga atau sekitar 22.376 pengungsi.
"Dukungan mata pencaharian yang memberi manfaat kepada 11.855 rumah tangga atau sekitar 49.750 orang, sekitar 70.150 orang mendapat manfaat dari perikanan atau hortikultura dan bantuan tunai dan layanan kesehatan reproduksi kepada 77.950 orang,"katanya. Sementara selama masa pemulihan, lanjutnya, bantuan itu digunakan untuk mempekerjakan korban bencana yang kehilangan mata pencaharian lewat program padat karya.