Selasa 17 Sep 2019 19:26 WIB

Kemenkes: Asap Bukan Penyebab Langsung Wafatnya Bayi Sumsel

Kemenkes memastikan, asap bukan penyebab langsung wafatnya bayi asal Sumsel.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi bayi meninggal.
Foto: Pixabay
Ilustrasi bayi meninggal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah penyebab meninggalnya bayi berusia empat bulan di Sumatra Selatan (Sumsel) adalah akibat terpapar asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tengah menyelimuti wilayah itu. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono mengaku, pihaknya telah mendapatkan laporan lengkap mengenai kematian bayi berusia empat bulan itu.

"Sebenarnya tidak ada hubungan langsung kematian bayi di Banyuasin, Sumsel itu dengan asap karhutla. Sebab, sudah ada keluhan awal bahwa bayi sebelumnya mengalami panas dan sesak," katanya saat ditemui di kantor Kemenkes, di Jakarta, Selasa (17/9).

Baca Juga

Menurut Anung, bayi dari Desa Talang Buluh, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin itu sempat dibawa berobat ke bidan lalu dirujuk ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Sang bayi kemudian dirujuk ke rumah sakit (RS) Pratama untuk mendapatkan perawatan gawat darurat anak di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

"Tetapi, belum sampai di RS Pratama, bayi ini meninggal dunia dan diagnosisnya tidak secara langsung karena asap," ujarnya.

Anung menjelaskan, lama seseorang mendapatkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau pneumonia akibat karhutla bisa berbeda-beda. Ia mencontohkan, bayi prematur yang terpapar asap karhutla selama hampir lima menit bisa langsung mengalami batuk-pilek dan jika dibiarkan menjadi ISPA.

Sementara itu, orang dewasa bisa terkena ISPA atau pneumonia setelah terkena asap karhutla selama satu hingga dua jam. Ia menjelaskan, hal tersebut sangat individual.

Kendati demikian, Anung  mengklaim pelayanan kesehatan akibat ISPA dan pneumonia yang diberikan tim tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan telah sesuai dengan standar. Meski di berbagai wilayah Kalimantan dan Sumatra mengalami karhutla yang cukup parah, Anung menegaskan Kemenkes belum melakukan evakuasi kelompok rentan, yaitu bayi, balita, orang tua, ibu hamil, lansia daerah terdampak karhutla.

Anung mengatakan, tim rapid health assesment telah melakukan kaji cepat di desa-desa dan dusun wilayah karhutla. Hingga saat ini, pihaknya menilai evakuasi warga belum diperlukan.

Diketahui, asap di wilayah Sumatera Selatan memasuki kategori bahaya akibat kebakaran hutan dan lahan. Seorang bayi berusia empat bulan meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Ar Rasyid Palembang, Ahad (15/9) pukul 18.35 WIB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement