Selasa 17 Sep 2019 19:07 WIB

Lahan Dibakar untuk Bangun Perumahan

Selain untuk perumahan, lahan dibakar untuk perkebunan.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Muhammad Hafil
Pengendara kendaraan bermotor melintas di jalan Soekarno Hatta ketika kabut asap pekat dampak karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Pengendara kendaraan bermotor melintas di jalan Soekarno Hatta ketika kabut asap pekat dampak karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kebakaran hutan dan lahan (k,arhutla) terus terjadi di sejumlah daerah di Provinsi Riau. Karhutla menyebabkan bencana kabut asap yang telah meresahkan warga. 

Bahkan, warga Pekanbaru dan Riau sudah harus mengungsi ke tempat penampungan yang disiapkan pemerintah, LSM dan masyarakat karena merasa tidak aman lagi dengan kabut asap. Apalagi, buat warga yang memiliki bayi, balita, dan anak-anak.

Baca Juga

Hari ini, Selasa (17/9), Republika.co.id melakukan pantauan ke titik api yang berada di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau.

Titik api ini hanya berjarak 14 kilometer dari pusat kota Pekanbaru. Informasi yang dihimpun dari petugas gabungan pemadaman dan warga, penyebab kKarhutla di Rimbo Panjang karena adanya upaya perluasan lahan untuk membangun perumahan oleh pihak swasta.

"Penyebab kebakaran karena adanya perluasan lahan buat perumahan. Pelaku masih dalam penyelidikan kepolisian," kata kepala Daop Manggala Agni Pekanbaru, Edwin.

Edwin yang sudah selama 42 hari bersama timnya melakukan pemadaman titik api selama terjadinya Karhutla di Riau. 

Rata-rata penyebab karhurla menurut dia adalah pembakaran sengaja untuk perluasan keperluan bisnis, kelalaian karena sembarangan membuang puntung rokok dan disebabkan karena lahan gambut yang mudah terbakar bila terkena sengatan matahari dalam durasi waktu yang lama.

Memang selama dua bulan terakhir kemarau di Riau cukup panjang. Jadinya api dengan mudah timbul dan menjalar ke lahan-lahan hutan. Dan pemadaman sangat sulit karena api yang muncul sulit dijinakkan karena suhu cuaca yang panas.

Eni (42) warga di Komplek Marwah di Rimbo Panjang, Kampar mengatakan warga tidak ada yang melakukan pembakaran lahan atau lalai dengan api. Karena jarak komplek dengan lahan hutan cukup jauh sekitar 1-2 kilometer.

Namun, Eni mendengar cerita dari orang lain kalau ada yang sengaja membakar lahan untuk membuka lahan baru buat perumahan dan perkebunan. 

"Kalau masyarakat yang bakar saya rasa enggak ada. Kan cukup jauh dan tidak ada keperluan untuk bakar. Kalau ada orang lain yang diam-diam membakar saya enggak tahu. Dengar-dengarnya memang ada yang sengaja membakar untuk buka lahan," ujar Eni.

Walau sumber api tidak jauh dari kompleksnya, Eni tidak selalu mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah.

"Sudah biasa sama kabut asap. Tanpa ada kebakaran hutan saja debu jalanan di depan  rumah saya banyak," ucap Eni.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement