Selasa 17 Sep 2019 17:24 WIB

Pencari Suaka Kebon Sirih: Kami Butuh Kepastian

Para pencari suaka ingin hidup layak dan normal, bisa bekerja dan punya kendaraan.

Sejumlah pencari suaka menempati trotoar di dekat kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (17/9/2019).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Sejumlah pencari suaka menempati trotoar di dekat kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (17/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pencari suaka yang kembali menempati jalur pejalan kaki di dekat Gedung Menara Ravindo yang merupakan kantor dari Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) meminta kepastian mengenai status mereka. Mereka pun pasrah akan dipindahkan ke negara mana.

"Terserah kami mau dipindahkan ke negara mana, tapi saat ini kami hanya butuh kepastian. Jangan seperti ini tidak ada kejelasan," kata salah satu pencari suaka bernama Syukria Rahumi saat ditemui di trotoar Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (19/7).

Baca Juga

Syukria sudah enam hari kembali menempati trotoar Kebon Sirih bersama keluarganya. Ia melakukan seluruh kegiatannya menunggu kepastian mengenai biaya yang dijanjikan oleh UNHCR.

"Kami tidak kembali ke Kalideres karena sudah menandatangani perjanjian dengan UNHCR bahwa mereka akan memberikan kami biaya untuk hidup layak. Kemarin mereka memberi kami Rp1.600.000 tapi itu tidak cukup untuk biaya lima orang dalam satu bulan," kata Syukria menjabarkan alasan lainnya kembali menempati trotoar Kebon Sirih.

Syukria tidak sendiri. Ia mengatakan sebanyak 53 pencari suaka yang kembali menempati posisi di depan kantor UNHCR di Indonesia. Mreka terdiri dari pencari suaka yang terdiri dari keluarga maupun perorangan.

Pencari suaka lainnya bernama Ali turut mengharapkan kepastian statusnya dari UNHCR. "Terserahlah mau dipindahkan kemana, asal saya bisa hidup layak dan normal. Bisa bekerja, bisa punya kendaraan, tidak seperti ini. Kasih kami solusi pasti jangan yang sementara," kata Ali yang merupakan pencari suaka tunggal dari Afghanistan selama tujuh tahun di Indonesia.

Pencari suaka yang menempati trotoar Kebon Sorih tidak hanya berasal dari orang tua. Namun, terdapat juga anak-anak yang masih berusia di bawah lima tahun sebanyak 15 orang.

"Kasihan juga anak-anak ini, kami makan dan minum kalau ada warga atau orang yang kasih ketika melintas dan jalan melewati kami," kata Syukria.

Sebelumnya, para pencari suaka yang berasal dari Kalideres kembali menempati jalur pejalan kaki di depan bank Gamon setelah bagian depan Gedung Ravindo dipasangi kawat berduri sejak Jumat sore (13/9). Mereka merupakan pencari suaka yang berasal dari berbagai daerah di Timur Tengah seperti Afghanistan, Somalia, dan Irak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement