REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) cabang Tasikmalaya mengggelar lokakarya wisata halal untuk para pemangku kepentingan di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat, Selasa (17/9). Ketua Umum MES cabang Tasikmalaya, Kartawan mengatakan, lokakarya itu dilakukan untuk membekali para pemangku kepentingan dengan konsep wisata halal. Menurut dia, wilayah Priangan Timur sangat memiliki potensi untuk wisata halal.
"Alasannya, kondisi di sini relatif Islami. Kita banyak pesantren dan tempat bersejarah. Selain juga objek yang biasa, dengan pelayanan dan produk yang syariah," kata dia, Selasa (17/9).
Ia mencontohkan, Pondok Pesantren Suryalaya di Kabupaten Tasikmalaya atau Pesanstren Sirnarasa di Kabupaten Ciamis, banyak dikunjungi jamaahnya untuk wisata religi. Hal itu, kata dia, belum digarap secara maksimal dengan pelayanan yang baik. Padahal, ia menyebut, sektor pariwisata dapat mendongkrak perekonomian daerah.
Ia menjelaskan, konsep wisata halal bukan hanya dikhususkan untuk wisatawan Muslim. Masyarakat dunia sudah mulai mengonsumsi segala hal yang halal lantaran dinilai sebagai gaya hidup untuk sehat.
Kartawan menambahkan, pihaknya juga juga sudah berkomunikasi dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Priangan Timur untuk mengembangkan hotel syariah. Hal itu, kata dia, akan dimulai dsri hoyel belum berbintang. Selain itu, ia juga meminta PHRI untuk menyediakan sertifikasi halal makanan di hotel.
MES juga akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk tindak lanjut pengembangan wisata halal di Priangan Timur. Pasalnya, lokalarya yang digelar MES merupakan tindak lanjut pembentukan pariwisata terintegrasi di Priangan Timur yang diinisias BI.
"Artinya sudah ada komitmen. Tinggal dikembangkan untuk urusan halalnya," kata dia.
Kepala Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya Heru Saptaji mengatakan, konsep wisata halal sangat strategis untuk dikembangkan di Priangan Timur. Pasalnya, wilayah yang meliputi Garut, Tasikmalaya, Banjar, Ciamis, hingga Pangandaran, itu memiliki basis yang kuat dalam kebudayaan Islam.
"Seperti kita tahu, Priangan Timur kaya dengan image kota santri, pondok pesantren, dan budaya Islam. Namun peluang ke sana belum tergarap dengan baik," kata dia.
Ia mencontohkan, di Kota Tasikmalaya misalnya, belum ada satu pun hotel syariah berdiri. Padahal, hotel syariah merupakan peluang bisnis yang tinggi sebagai tempat menginap para wisatawan Muslim.
Heru berkomitmen, pihaknya akan terus memromosikan wilayah Priangan Timur agar mebarik investor membangun hotel syariah. "Karena ada beberapa segmen masyarakat yang membutuhkan itu," kata dia.
Heru mengatakan, konsep wisata halal itu bukan saja identik dengan destinasinya yang harus bernuansa Islam. Melainkan juga, pelayanan kepada wisatawan harus dapat diterapkan sesuai standar halal.
"Tren sekarang ini adalah halal lifestyle. Bukan hanya wisata tapi seluruhnya mencari barang yang berlabel halal dan itu sudah menjadi kultur. Karena itu, saya yakin wisata halal akan berkembang," kata dia.