Selasa 17 Sep 2019 07:25 WIB

Polri Duga Pemulangan Mahasiswa Papua Didalangi KNPB

Sempat terjadi eksodus mahasiswa pulang kampung ke Papua.

Sejumlah massa yang tergabung dalam Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme menggelar unjuk rasa di Jalan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (22/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah massa yang tergabung dalam Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme menggelar unjuk rasa di Jalan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Ketua Tim Asistensi Kapolri Inspektur Jenderal Polisi Paulus Waterpauw menduga pemulangan ribuan mahasiswa asal Papua diduga didalangi anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Dugaan itu terungkap dan diperkuat dari hasil kunjungannya ke Malang guna memantau aksi demo memperingati perjanjian New York pada 15 Agustus lalu.

"Walaupun tidak mendapat izin mereka tetap melakukan aksi dengan turun ke jalan sehingga sempat memacetkan arus lalu lintas hingga menyebabkan warga Malang marah hingga polisi harus membubarkan secara paksa," kata Waterpauw, Senin (17/9).

Menurut Waterpauw, aksi tersebut berhasil dibubarkan dan beberapa mahasiswa terluka, namun mereka enggan untuk diobati di Polres Malang. Keesokan harinya, tanggal 16 Agustus terjadi aksi di asrama Kamasan Surabaya di mana bendera yang dipasang RW setempat dibuang hingga memunculkan reaksi yang dibalas dengan aksi demo di berbagai kota di Papua dan Papua Barat.

Untuk mendukung aksi mereka maka KNPB yang juga merupakan mahasiswa senior melakukan intimidasi. Sehingga, menyebabkan pulangnya ribuan mahasiswa karena takut akan intimidasi yang mereka lakukan.

“Pada umumnya mahasiswa yang menjadi anggota KNPB-lah yang sering kali melakukan intimidasi hingga membuat mahasiswa lainnya ketakutan,” kata Waterpauw yang mengaku sempat melihat anggota KNPB yang berseragam loreng-loreng berjaga di depan asrama Kamasan, Surabaya.

Dikatakan, agar insiden serupa tidak terulang, harus dilakukannya penertiban di asrama terutama bagi mereka yang menjadi mahasiswa abadi dan sering kali mengganggu atau mengancam mahasiswa baru. "Untuk membuat mahasiswa mau membaur dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya, mereka tidak lagi tinggal di asrama melainkan di kost yang ada penanggung jawabnya terhadap para mahasiswa," kata mantan Kapolda Papua Barat, Papua dan Sumatra Utara itu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement