REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata Xanana Gusmao tampak merah dan berkaca-kaca, sembab karena sisa air mata yang masih basah saat keluar dari rumah alhmarhum BJ Habibie, kawan lamanya, di bilangan Kuningan, Jakarta, Sabtu malam (14/9).
Xanana tidak bisa langsung terbang ke Jakarta dari Timor Leste setelah mendengar presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie tutup usia pada Rabu (11/9). Pun esok harinya, saat jenazah Habibie dikebumikan.
"Ini yang saya tidak akan lupakan," kata Xanana, lalu terdiam seperti menahan sesak yang sedikit lagi berubah tangis.
"Tapi sudah, saya tidak bisa cry everyday (menangis setiap hari). Saya akan ikut menyusul. Beliau 83 tahun, adiknya 73. Kita sudah setiap hari mendekati waktunya juga,” ujar presiden pertama Timor Leste itu yang memposisikan dirinya sebagai adik dari Habibie.
Dukacita tak lupa dia sampaikan. Kepada dua putra Habibie, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie yang mewakili keluarga almarhum, Xanana menyerahkan surat resmi dari pemerintah Timor Leste dan surat dari dia pribadi. “Saya ke sini sebagai wakil pemerintah dan seluruh rakyat Timor Leste, membawa pesan untuk keluarga Pak Habibie, mengekspresikan perasaan belasungkawa yang sedalam-dalamnya,” ujarnya.
Presiden Pertama Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmao atau Xanana Gusmao mengalungkan bunga saat berziarah ke makam Presiden ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Ahad (15/9/2019).
Kehadiran Xanana Gusmao, pejuang kemerdekaan dan presiden pertama Timor Leste, di kediaman BJ Habibie malam itu, menjadi suatu hal yang istimewa mengingat hubungan historis dan emosional yang terjalin di antara keduanya.Usai takziah dan menyampaikan dukacita kepada keluarga sang kawan lama, seorang jurnalis bertanya kepada Xanana kenangan tentang Habibie yang tidak pernah dia lupakan.
“Memori tentang Pak Habibie, waktu beliau bilang kasih kepada rakyat Timor Leste hak untuk memilih,” jawab Xanana dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata, namun tegas.
Dia lantas bercerita tentang pertalian dengan Habibie dan perannya dalam referendum Timor Leste pada 30 Agustus 1999. Kisah dua dekade silam yang kini mengikat sejarah Timor Leste dan Indonesia.
Pada 1999 di masa menjelang referendum, Xanana masih menjadi tahanan politik di era Presiden Soeharto. Ia dipenjara di Cipinang sejak 1992. Xanana berseloroh saat itu dirinya adalah warga negara Cipinang.
Sebelum dimasukkan penjara, Xanana aktif dalam Falintil (Forcas Armadas da Libertacao Nacional de Timor-Leste atau Angkatan Bersenjata untuk Pembebasan Nasional Timor Timur), sayap paramiliter dari partai politik Fretelin. Upaya yang giat dia lakukan untuk melepaskan wilayah Timor Timur saat itu, baru mencapai titik terang ketika BJ Habibie menjabat sebagai presiden Indonesia, menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri atas desakan people power pada Mei 1998.
Very touching 😭😭
Timor Leste leader Xanana Gusmao visited Habibie at the hospital. #RIPBJHabibie pic.twitter.com/xSkvLjyaNp
— Yenni Kwok (@yennikwok) September 12, 2019
"Karena pada 1983 saya sudah kasih peace plan (rencana perdamaian), tapi 16 tahun kemudian pada 1999 baru bisa terjadi dan Pak Habibie adalah seorang aktor penentu di situ," kata Xanana.
Di dalam penjara, sebuah kabar datang kepada Xanana bahwa Presiden Habibie telah mengirimkan surat kepada PBB untuk meminta referendum bagi Timor Leste. Xanana masih ingat betul bagaimana dia berteriak di selnya untuk meluapkan kegembiraan hingga para sipir mendekat dan bertanya ada apa gerangan.
“Mau pecah hatiku, mau pecah,” ujar Xanana berapi-api sembari menunjuk dadanya.
Masa-masa itu akan selalu dikenang Xanana yang merangkum jasa Habibie dalam satu kalimat penuh makna, “Pak Habibie, dalam waktu yang singkat, dalam waktu yang sulit, memberi kesempatan kepada rakyat Timor Leste hak untuk self-determination (menentukan nasibnya), oleh karena itu kami tidak akan melupakan beliau,” katanya.
Usai melayat ke kediaman Habibie malam itu, keesokan paginya Xanana mengunjungi tempat peristirahatan terakhir mendiang di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Ahad (15/9). Tiba di depan makam Habibie, Xanana sempat duduk terdiam. Tak berapa lama, dia bangkit dan mengalungkan rangkaian bunga dan pada nisan dan menaburkan bunga di atas makam yang masih basah.
Presiden Pertama Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao atau Xanana Gusmao (kanan) berpelukan dengan putra Presiden ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie, Ilham Akbar Habibie, ketika takziah di rumah mendiang di Patra Kuningan, Jakarta, Sabtu (14/9/2019).
Ia lantas menunduk memanjatkan doa dan membungkukkan badan memberi penghormatan kepada kawan lama yang dia anggap sebagai kakak. Di belakangnya, puluhan mahasiswa Timor Leste yang tengah mengenyam pendidikan tinggi di berbagai universitas di Jakarta dan Bekasi turut memberikan penghormatan kepada Habibie.
Xanana sebelumnya meminta Kedutaan Besar Timor Leste mengundang semua mahasiswa Timor Leste yang ada di Jakartadan sekitarnya ikut berziarah ke makam Habibie. Xanana merasa perlu mengajak anak-anak muda Timor Leste memberikan penghormatan karena Habibie berjasa dalam pendirian negara yang berjuluk Bumi Loro Sae itu.
“Mereka datang ke makam untuk memberi penghormatan kepada beliau. Jika bukan karena Pak Habibie, mereka tidak akan merasakan kebebasan yang ada hari ini," kata dia.
Saat berkunjung ke Gedung Sate pada 2012, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie memperlihatkan koin emas miliknya sebagai bentuk pengakuan sebagai ilmuwan tingkat dunia.