REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Almarhum Presiden Ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) dinilai sebagai sosok yang konsisten menjalani nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Hal ini disampaikan Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat mengenang sosok BJ Habibie.
“Orang baik beliau tuh. Beliau tuh demokrasi sejati. Ya orang baiklah Pak Habibie,” kata Luhut di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9).
Luhut pun mengenang saat pertanggungjawaban BJ Habibie sebagai presiden ditolak oleh MPR. Saat itu, BJ Habibie secara konsisten tak lagi mencalonkan diri sebagai presiden.
Padahal menurut Luhut dengan kekuasaannya Habibie bisa melakukan banyak hal untuk memuluskan jalannya kembali menjadi presiden. "Tentu ada permainan politik pada waktu itu. Begitu dia pertanggung jawaban tidak diterima, dia konsisten enggak mau maju. Dia kan presiden, kalau beliau mau bermain macam-macam kan masih bisa. Tapi tidak dilakukan,” kata Luhut.
Tak hanya itu, lanjut Luhut, usai tak lagi menjabat, Habibie menunjukan seorang negarawan yang sejati. Ia tidak menyampaikan komentar-komentar yang membuat riuh, justru menentramkan bangsa.
“Contoh kalian anak muda bagaimana seorang profesor genius bisa jadi presiden. Berikan contoh yang bagus, tidak macam macam. Setelah tidak jadi presiden pun tidak banyak memberi komentar-komentar justru memberikan masukan ke Pak Jokowi,” kata Luhut lagi.
Ia juga memiliki momen berkesan dengan BJ Habibie saat ia ditunjuk menjadi duta besar RI untuk Singapura pada 1999-2000. Saat itu, Luhut diminta langsung oleh BJ Habibie dan kemudian dilantik oleh mantan menteri riset dan teknologi tersebut.
"Itu satu momen sangat berkesan dalam hidup karena saya dipanggil sendiri oleh beliau untuk jadi Dubes RI, 'Pak Luhut ini tugas negara. Pak Luhut jadi Dubes. Saya bilang mau pensiun dari tentara saja. Dia bilang enggak bisa, Pak Luhut harus memperbaiki hubungan dengan negara-negara lain," ujar Luhut.