Selasa 10 Sep 2019 06:59 WIB

Teknik Plating Diharapkan Dongkrak Penjualan Perak

Daya beli wisatawan terhadap perak menurun drastis.

Perajin Perak Kota Gede / Ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan
Perajin Perak Kota Gede / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta (KP3Y) menyebut teknik "plating" perak atau pelapisan perak ke tembaga atau kuningan saat ini banyak dimanfaatkan para perajin perak di Kotagede, Yogyakarta. Plating dilakukan untuk mendongkrak penjualan.

Ketua KP3Y Muji Raharjo di Kotagede, Yogyakarta, Senin (9/9), mengatakan bahwa teknik "plating", produk kerajinan berupa aneka perhiasan dan aksesori yang dihasilkan lebih cepat laku terjual. "Sekarang kalau kita buat perak satu atau dua kilogram dipasang di etalase, berapa juta uang berhenti, tapi kalau plating mungkin cepat laku," kata Muji Raharjo.

Baca Juga

Menurut Muji, plating kerajinan kuningan atau tembaga yang dilapisi perak banyak diminati para pengunjung karena harganya yang terpaut jauh lebih murah dibandingkan perak murni. Pengerjaanya, menurut Muji, juga sama halusnya seperti perak murni.

"Kalau perak mahal dipilihlah disitu plating kerajinan kuningan atau tembaga yang dilapisi perak," kata dia.

Ia mengakui produksi perak di Kotagede terus mengalami penurunan seiring merosotnya daya beli masyarakat untuk membeli perak murni. Oleh sebab itu, plating perak menjadi alternatif produksi lain yang bisa dikembangkan di daerah sentra kerajinan perak Yogyakarta itu. Disamping biaya produksinya tidak mahal, plating bisa mengangkat daya beli masyarakat dengan harganya yang lebih terjangkau.

"Permasalahan yang dialami bukan hanya mempertahankan identitas Kotagede sebagai sentra pengrajin perak, namun bagaimana kelangsungan hidup masyarakat juga ikut terjamin daripadanya," kata dia.

Senada dengan Muji, pemilik produksi kerajinan perak AR Silver yang berada di kompleks Makam Raja Mataram, Niken(45) mengakui dibanding dahulu, daya beli masyarakat terhadap kerajinan perak saat ini memang menurun drastis. Menurutnya, wisatawan tak lagi belanja perak tapi hanya berwisata.

"Dulu hampir secara keseluruhan, pada masuk ke makam raja, pulangnya beli perak, sekarang rata-rata orang sekarang hanya sekadar 'traveling', daya belinya sangat menurun," kata Niken di tokonya, Jagalan, Kotagede. Niken berharap pemerintah dengan sungguh-sungguh mempertahankan ciri khas Kotagede sebagai sentra pengrajin perak di Yogyakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement