Sabtu 07 Sep 2019 10:39 WIB

Mengapa Ribuan Orang Padati Gerebek Budaya?

Warga antusias menyaksikan kirab budaya sembari berburu berkah

Rep: Joglosemar/ Red: Joglosemar

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM-  Ribuan warga memadati lokasi gerebeg budaya Srawung Pasar Tambak di Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Kamis (5/9).

Mereka antusias menyaksikan kirab budaya sembari berburu berkah dengan membeli perabot rumah tangga dan pertanian dari bambu yang konon dipercaya bisa mendatangkan barokah.

Acara Srawung Pasar Tambak dibuka dengan kirab budaya menampilkan berbagai seni tradisional dan kreasi dari warga berbagai RT di Desa Sribit.

Kemudian dilanjutkan dengan prosesi rebutan gunungan berisi berbagai perabot rumah tangga, pertanian dari bambu dan gunungan hasil tani oleh pengunjung.

Perabot yang direbutkan hampir sama dengan barang-barang yang dijual oleh pedagang di pasar yang hanya hidup sekali dalam setahun tepatnya pada bulan Syura atau Muharam tersebut.

Selain berebut gunungan, pengunjung juga sebagian berziarah ke makam dan tonggak yang diyakini merupakan petilasan dari Pangeran Joko Tingkir di tengah pasar.

Kemudian mereka berburu perabot yang dijual oleh sekitar 20an pedagang di sekeliling areal pasar.

“Saya beli pecut (cemeti) untuk anak saya. Baru sekali ini datang ke Pasar Tambak ini. Bagus sekali. Saya ikut beli karena ada keyakinan kalau beli barang dari sini nanti bisa bawa barokah,” ujar Niri Susanto (32) pengunjung asal Desa Tenggak, Sidoharjo, Sragen yang datang bersama anaknya.

Ramainya Pasar Tambak di petilasan Joko Tingkir yang hidup hanya setahun sekali di bulan syura, Kamis (5/9/2019). Foto/Wardoyo

Sutarno (61), salah satu pedagang menuturkan sudah puluhan tahun ia berjualan di Pasar Tambak. Menurut pedagang asal Dukuh Tambak RT 13, Sribit itu, Pasar Tambak adalah tradisi turun temurun dari leluhur yang hanya hidup setahun sekali.

“Yang paling ramai itu kalau sewindu atau delapan tahun sekali. Tahun depan pasnya Jumat Wae satu sura. Saya tiap tahun jualan, jualannya ya segala perabot dari bambu. Ada dadung, cemeti, tumbu, nyiru, dan lainnya. Ini sudah dari zaman nenek moyang. Semua barang bikinan warga sini. Kepercayaannya kalau beli dari sini, bisa bawa barokah,” urainya.

Harga yang dipatok untuk dagangan perabot pun tak mahal. Paling murah Rp 5.000 dan termahal bakul nasi Rp 25.000.

Sutarno menyampaikan pengunjung yang datang biasanya tak hanya lokal tapi sebagian juga dari luar daerah utamanya Jatim.

Srawung Pasar Tambak juga dihadiri Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Sekda Tatag Prabawanto dan jajaran Kadinas.

Melihat antusias dan ramainya pengunjung, Bupati mengaku kagum dan berharap budaya yang bagus itu bisa terus dirawat dan dikembangkan lagi.

“Tahun depan Pemkab lewat dana aspirasi DPRD Pak Fathurrohman akan membantu dana untuk membangun jalan. Pemkab siap memfasilitasi agar warisan budaya ini bisa makin berkembang,” tuturnya.

Sementara, Sekda Tatag Prabawanto mengapresiasi gelaran Srawung Budaya yang diangkat lebih meriah tahun ini. Menurutnya hal itu sangat bagus untuk melestarikan keberadaan budaya di Pasar Tambak yang beberapa tahun sebelumnya sudah nyaris punah dan dilupakan.

“Kami sangat mendukung, Pasar Tambak ini dihidupkan lagi dan dikemas lebih bagus. Ini adalah warisan budaya yang perlu diuri-uri. Saya yakin kalau dikemas lebih bagus lagi, ini bisa menjadi potensi daya tarik wisatawan yang menggerakkan ekonomi bagi masyarakat sekitar,” tukasnya.

 

The post appeared first on Joglosemar News.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan joglosemarnews.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab joglosemarnews.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement