REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meragukan klaim dari otoritas Negara Bagian Melaka, Malaysia, yang menyebut telah terjadi invasi babi hutan dari Pulau Sumatra ke wilayah Malaysia. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) KLHK, Indra Exploitasia, mengatakan, peryataan itu perlu dibuktikan secara ilmiah terlebih dahulu.
Hal ini terkait perilaku satwa. Indra berpendapat, kalaupun memang benar babi hutan itu berasal dari Pulau Sumatra, hal itu adalah sesuatu yang biasa saja. Satwa memang terbiasa melakukan migrasi, terutama ketika musim berbuah di suatu wilayah.
"Bisa juga nanti balik ke tempat asalnya. Itu pergerakan namanya, bukan invasi," kata Indra ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (6/9).
Sebelumnya, otoritas Negara Bagian Melaka menyebut telah terjadi invasi babi hutan dari Pulau Sumatra menuju salah satu pulau di negara bagian tersebut. Jumlah babi yang datang pun disebut terus bertambah ke pulau benama Pulau Besar itu sehingga menimbulkan kerusakan.
Ketua Komite Pertanian, Pengembangan Agribisnis, dan Koperasi Negara Bagian Melaka, Norhizam Hassan Baktee, megatakan, jika hal ini tidak segera diatasi, maka jumlah babi bisa melampaui jumlah manusia di pulau tersebut. Dia pun khawatir babi-babi itu akan segera menyeberang ke daratan utama Malaysia.
"Babi itu menyebrangi Selat Malaka yang sempit dari Sumatera untuk mencari habitat baru di sini," ujar Norhizam Hassan Baktee, Kamis (5/9).
Indra mengatakan, tidak terjadi kerusakan habitat babi hutan di Pulau Sumatra. Ia pun kembali menegaskan pergerakan satwa itu adalah hal biasa.
"Nanti akan balik sendiri ke asalnya. Contohnya burung-burung yang migrasi dari Australia ke Asia," ucap Indra.
Terkait tindakan yang akan diambil setalah adanya klaim seperti itu oleh otoritas Melaka, Indra hanya menyebut telah dan akan terus melakukan program-program konservasi. "Yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari," katanya.