Rabu 04 Sep 2019 23:59 WIB

Soal Demo di KCN, DPRD Singgung Masalah Polusi 

Polusi di Jakarta dinilai semakin akut.

Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta
Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT
Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Jhonny Simanjuntak menyoroti makin tingginya tingkat polusi udara di Ibukota. Salah satunya, merespons aksi demo dari Koalisi Masyarakat Jakarta Utara di depan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Jakarta Utara pada pekan lalu.

Aksi itu dilakukan karena polusi udara akibat debu batu bara di Marunda yang menyebabkan banyak warga Cilincing, Jakarta Utara menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Menurut Jhonny, secara umum tingkat polusi di Jakarta memang sudah cukup parah.

Hal ini ia duga juga karena belum konkritnya upaya atau kebijakan eksekutif untuk mengatasi polusi. Aksi demonstrasi itu, lanjut Jhony, hanyalah sebagian reaksi dari keresahan masyarakat akibat polusi di Jakarta.

“Problem polusi di Jakarta ini memang sudah sampai tingkat paling akut. Artinya perlu kerja untuk meminimallisir. Demo itu mungkin hanya sebagian respons kecil masyarakat tapi tetap harus diperhatikan,” ujarnya kepada media, Rabu (4/9).

Anggota DPRD Dapil DKI Jakarta ini juga mengkritisi tingkat kepatuhan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Jakarta. Menurut politisi PDIP ini, perusahaan-perusahaan di Jakarta harusnya punya tanggung jawab secara menyeluruh dalam melaksanakan CSR.

Dia mengatakan, CSR tidak hanya menyentuh manusianya saja, tapi segala hal yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sekitarnya untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat.

“CSR ini harus disorot. Perusahaan itu jangan hanya melakukan aktivitas yang profit, tapi lingkungan dan manusianya tidak diperhatikan. Kesehatan itu pernting dan harus dijaga,” ujarnya.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Yudi Dimyati menjelaskan, sampai saat ini pihaknya telah menganalisa bahwa penyakit paling banyak ditemukan adalah ISPA.

“Faktor nomor satu penyebab ISPA itu karena lingkungan (debu), bukan karena penularan,” ujar Yudi.

Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Dwi Sawung, mengatakan, debu batu bara sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Meskipun tidak melalui proses pembakaran, debu batu bara tetap menghasilkan particulate matter (PM) 2,5, yakni debu melayang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 3 persen dari diameter rambut manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement