REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui adanya dugaan keterlibatan orang asing dalam kerusuhan di Papua dan Papua Barat beberapa waktu terakhir. Hal ini terkait Benny Wenda, sosok yang diduga berada di balik kerusuhan Papua.
"Benny Wenda di Inggris memberi instruksi atau apa, dia kan bukan WNI sudah WN Inggris. Orang asing juga berati itu campur tangan," ujar JK kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (4/9).
JK menyebut, tertangkapnya empat warga negara asing (WNA) Australia yang diduga terlibat unjuk rasa di Sorong, 27 Agustus lalu juga memungkinkan keterlibatan asing dalam rusuh Papua. "Buktinya di Manokwari kemarin ada tiga WN (warga) Australia ikut demo," ujar JK.
Namun demikian, JK menilai keterlibatan asing di Papua tidak dalam bentuk intervensi negara. "Asing mungkin iya, (tapi) bukan negara. Bedakan asing dan negara," katanya menambahkan.
Sebelumnya, Kepala Staf Presiden Moeldoko menuding Benny Wenda, pemimpin gerakan Papua Merdeka, merupakan tokoh sentral di balik kericuhan di Papua dan Papua Barat. Benny adalah pimpinan gerakan Papua Merdeka atau ULMWP (United Liberation Movement of West Papuan) yang kini mendapat suaka untuk bermukim di Inggris sejak 2003 silam.
Moeldoko menyebutkan, Benny telah melakukan mobilisasi diplomatik terkait isu kemerdekaan Papua di sejumlah negara, seperti Inggris dan Australia. Namun, menurut Moeldoko, informasi yang disampaikan Benny diyakini tidak benar dan merugikan bangsa Indonesia.
"Dia mobilisasi diplomatik, mobilisasi informasi yang missed, yang nggak benar. Itu yang dia lakukan di Australia-lah, di Inggris-lah," ujar Moeldoko di kantornya, Senin (2/9).
Sementara, terkait empat warga Australia yang tertangkap, kini dideportasi setelah diduga mengikuti unjuk rasa di Sorong, Papua Barat. Mereka disebut mengambil bagian dalam unjuk rasa di depan kantor Wali Kota Sorong pada 27 Agustus.
Kepala Seksi Intelijen dan Penindakan Imigrasi Sorong, Cun Sudirharto di Sorong, mengatakan, warga asing tersebut masuk ke Indonesia dengan izin wisata. Cun Sudirharto mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan, warga negara asing tersebut hendak pergi berwisata ke Raja Ampat.
Namun, kapal yang mereka tumpangi mengalami gangguan sehingga harus terlebih dahulu menepi di Sorong untuk mencari alat kapal.
Saat berada di Sorong, empat warga Australia tersebut diajak warga setempat untuk menonton demo. "Empat warga asing tersebut mengakui tidak memahami apa arti aksi tersebut karena informasi warga setempat demo tersebut adalah festival budaya," ujar Cun.