Selasa 03 Sep 2019 06:18 WIB

Pengamat: Ibu Kota Baru Panas, RTH Harus Banyak

Ruang Terbuka Hijau harus dibangun lebih dari 50 persen.

Rep: Zainur mahsir ramadhan/ Red: Nora Azizah
Ilustrasi Ibukota Pindah
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Ibukota Pindah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna menilai, pemindahan ibu kota tidak boleh berfokus kepada konsep dan design semata. Menurut dia, hal tersebut akan mengecoh fokus pembangunan ibu kota baru. Sebab sambung dia, hal utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan tersebut adalah mengukur kemampuan dan keinginan yang ideal untuk kota yang nyaman.

“Contohnya, kota kalau panas itu tidak nyaman, Kalimantan panasnya 33 derajat celcius, langkah pertama yang harus dilakukan ya mikro climatenya atau iklimnya harus mampu di bawah 30 derajat. Caranya kita buat ruang terbuka hijau (RTH) di sana lebih dari lima puluh persennya,” ujar dia kepada Republika, Senin (2/9).

Baca Juga

Dia menekankan, hutan alami harus tetap dipertahankan termasuk menambah lebih banyak pepohonan di sekitar trotoar nya kelak. Menurut dia, dengan menjaga kealamiannya, para pedestrian dan masyarakat sekitar bisa lebih nyaman meninggali ibu kota baru tersebut.

“Jadi betul-betul hutan alami dipertahankan, dari Bappenas juga seharsunya memang bisa lebih dari lima puluh persen. Di tambah dengan transportasinya yang terintegrasi dan berbasis rel yang akan menjadi pilihan paling cocok,” kata dia.

Dia menegaskan, PT Kereta Api Indonesia juga harus dilibatkan dalam pembuatan design yang bisa memperbanyak jalur sehingga transportasi bisa lebih terintegrasi.

“Perbanyak relnya dan jalur bagi transportasi masal, jangan perbanyak ruas jalannya,” ucapnya.

Dia menambahkan, kota baru tersebut juga harus ramah air, sehingga mendaur ulang dan pemanfaatan air kembali menjadi langkah paling dinilai tepat. Yayat juga menekankan, untuk melaksanakan itu, air hujan bisa ditampung dengan memperbanyak kolam retensi dan resapan air ataupun sistem drainasenya yang bisa memaksimalkan penggunaan air untuk didaur ulang.

“Artinya design kotanya juga harus mampu menyimpan air sebanyak mungkin dan bukan untuk konsep dengan membuang air. Upayakan juga harus ada air yang harus langsung diminum dan ditempatkan di berbagai lokasi umum,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement