Sabtu 31 Aug 2019 22:08 WIB

Aksesibilitas Tak Ramah, Bandara Kertajati Bukan Pilihan Utama Penumpang

Mereka terutama mengeluhkan jarak, salah satunya jarak bandara ke kota besar yang dinilai jauh.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

MAJALENGKA, AYOBANDUNG.COM -- Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, masih belum menjadi opsi utama sebagian orang. Aksesibilitas terhadap bandara ini menjadi pertimbangan utama sebagian orang enggan memanfaatkannya sebagai titik keberangkatan mereka menuju kota lain.

Warga yang biasa memanfaatkan Bandara Husein Sastranegara di Bandung rata-rata masih gagap dengan peralihan penerbangan ke Bandara Kertajati. Mereka terutama mengeluhkan jarak, salah satunya jarak bandara ke kota besar yang dinilai jauh.

Pegiat pariwisata, Iswan Budhi Mulyanto misalnya, mengungkapkan pandangannya terhadap Bandara Kertajati melalui tulisannya kepada Ayobandung.com (jaringan utama Ayocirebon.com).  Iswan yang tinggal di Bali ini salah satunya mengeluhkan jauhnya jarak bandara dengan kota besar, salah satunya Bandung yang rutin ia tuju. 

"Setiap kali sekeluarga mudik ke Bandung, kami selalu mendarat di Bandara Husein Sastranegara. Biasanya, begitu keluar pintu bandara, kami langsung disambut anggota keluarga. Sensasi berbeda terjadi saat pertama kali turun di BIJB Kertajati pada 5 Juli 2019 lalu. Kami baru bisa bertemu dengan keluarga setelah melakukan perjalanan ekstra 3 jam naik bus.", tulisnya.

Di bagian lain, dia juga mengeluhkan ketiadaan petugas pengecek tiket hingga membuat pengantar dapat turut masuk sampai lokasi antrean konter check in tiket. Sesuatu yang tak lazim di bandara manapun yang pernah dia datangi.

Bandara Kertajati pun dikesankannya sepi dan mubah karena luasnya bandara tak sebanding dengan volume penerbangan yang justru minim.

Dia meyakini, kondisi itu akan berubah ketika volume penerbangan meningkat sehingga penumpang hilir mudik di bandara ini. Namun, banyaknya penerbangan di antaranya mensyaratkan akses menuju bandara yang lebih cepat dan mudah.

"Kalau BIJB Kertajati lebih baik dari segi jarak, pilihan pesawat, pilihan tujuan, dan kemudahan transportasinya daripada Bandara Soekarno-Hatta, penumpang jelas akan berbondong-bondong ke BIJB Kertajati," katanya.

Sayang, lanjut dia, dari sisi fleksibilitas memilih maskapai dari BIJB juga kurang karena minimnya penerbangan. Dia pun menceritakan pengalamannya yang kurang menyenangkan akibat kondisi itu, saat pesawat kepulangannya dimajukan dari pukul 12.40 menjadi 08.20.

"Kami sempat kelabakan karena harus sudah berangkat jam 4 subuh. Sementara, maskapai hanya memberi dua pilihan, ikut jadwal mereka atau uang kembali. Tak ada pilihan ketiga, misalnya memakai pesawat siang atau sore, karena memang cuma satu-satunya penerbangan," bebernya dalam tulisan itu.

Menurutnya, situasi itu tak hanya berdampak bagi penumpang pesawat reguler, melainkan pula bagi para wisatawan. Turis yang akan berwisata ke Bandung dipandangnya hanya akan menghabiskan waktu 7-8 jam untuk pulang pergi ke bandara.

Dari kacamata Iswan dan rekan-rekannya yang lain, selama Tol Cisumdawu belum rampung, Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) di Tangerang akan tetap menjadi opsi terbaik ketimbang Bandara Kertajati.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement