Jumat 30 Aug 2019 10:21 WIB

Dinkes Cek Sampel Permen yang Buat 21 Siswa SD Keracunan

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui secara pasti penyebab keracunan

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Esthi Maharani
Anak pasien korban keracunan makanan
Foto: Rahmad/Antara
Anak pasien korban keracunan makanan

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung mengambil sampel permen yang diduga membuat 21 siswa Sekolah Dasar (SD) Kamasan III, Banjaran mengalami keracunan untuk diteliti lebih lanjut. Pemeriksaan akan dilakukan untuk mengetahui penyebab keracunan.

Kepala Puskesmas Kiangroke, dr Sambawa Kusumadinata mengungkapkan pihaknya menerima pasien 21 siswa SD Kamasan III kemarin. Kemudian pihaknya melakukan investigasi dan mengambil sampel dari permen yang dimakan bersama oleh para siswa.

"Sampel diambil dulu untuk diperiksa Dinkes Kabupaten Bandung ke laboratorium. Kalau Kedaluwaraa kita gak lihat itu," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (30/8).

Menurutnya, Kamis (29/8) kemarin pihaknya melakukan tindakan penanganan kepada para siswa dan pukul 11.00 Wib sudah bisa pulang. Mereka katanya hanya mengalami pusing-pusing setelah itu pihaknya mengantarkan siswa pulang.

"Hari ini dicek nanti sama tim kita, kalau memang ada keluhan. Sampai saat ini belum ada laporan," ungkapnya.

Dr Sambawa menambahkan pihaknya memperkirakan para siswa mengalami keracunan dari makanan tersebut. Namun hingga saat ini pemeriksaan lebih lanjut terhadap sampel permen yang dibawa masih dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Bandung.

Kepala Bidang (Kabid) SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Adang S mengimbau kepada kepala sekolah dan guru untuk memperhatikan serta mengawasi jenis jajanan yang dijual di lingkungan sekolah.

Sebelumnya, Siswa SDN Kamasan III kelas IV Banjaran, Kabupaten Bandung yang diduga mengalami keracunan akibat memakan permen kedaluwarsa bertambah dari 19 orang menjadi 21 orang. Gejala yang timbul akibat memakan makanan tersebut yaitu mual, muntah, buang air besar.

Guru SDN Kamasan III, Tati Khoiriyah mengungkapkan anak-anak yang mengalami keracunan mendapatkan permen tersebut dari teman kelasnya yang berjualan. Bentuk permennya sendiri katanya seperti sikat gigi dengan odol diatasnya.

"Jadi yang jualannya juga bukan dari kantin sekolah atau lingkungan sekolah tapi teman kelasnya. Anak itu dapat dari orangtuanya yang belanja dari pasar. Niatnya anak itu baik membantu orang tua jualan dikelas. Jualan permen keras yang ada gambar sikat gigi dan odol," ujarnya, Kamis (29/8).

Menurutnya, diperkirakan sebelum memasuki kelas anak-anak yang diduga keracunan membeli permen tersebut sekitar pukul 07.00 Wib dan langsung dikonsumsi. Kemudian saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sekitar pukul 08.00 Wib kurang anak-anak mengeluhkan pusing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement