Kamis 29 Aug 2019 12:26 WIB

489 Hektare Persawahan di Kabupaten Bandung Alami Kekeringan

Lahan tersebut tidak bisa digunakan kembali untuk ditanami.

Rep: Muhammad Fauzi Rdwan/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi petani yang mengalami kekeringan
Foto: Humas Kementan
Ilustrasi petani yang mengalami kekeringan

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung mengungkapkan sebanyak 489 hektare lahan persawahan yang padinya sudah dipanen di 31 kecamatan mengalami kekeringan. Akibatnya, lahan tersebut tidak bisa digunakan kembali untuk ditanami. Sementara dua hektare lahan mengalami gagal panen atau fuso.

Berdasarkan data Distan Kabupaten Bandung, 286 hektare lahan mengalami kekeringan ringan, 156 hektare sedang, 45 hektare kekeringan berat dan dua hektare lahan gagal panen alias puso. Akibat kekeringan, hasil yang hilang di Kabupaten Bandung mencapai 1.401,7 ton hingga 25 Agustus.

Baca Juga

"489 hektar lahan itu sudah dipanen (padinya) dan tidak bisa digunakan lagi," ujar Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana Distan Kabupaten Bandung, Yayan Agustian, Kamis (29/8).

Selain itu, menurutnya, lahan persawahan yang kini masih ditanami padi namun terancam mengalami kekeringan sebanyak 1.687 hektare. Dia mengatakan, antisipasi yang dilakukan untuk mengurangi ancaman kekeringan dengan menurunkan pompa-pompa air yang digunakan mengambil air di sungai.

Kemudian, selanjutnya membuat sumur pantek di lahan persawahan. Menurutnya, sebanyak tujuh sumur pantek sudah dibuat dibeberapa lahan persawahan yang ada di Kabupaten Bandung.  "Tanaman yang berisiko (terancam gagal panen) dipanen lebih awal atau menanam tanaman yang tahan dan memerlukan air tidak banyak," katanya.

Selain itu, bagi petani yang mengalami gagal panen bisa mendapatkan asuransi pertanian jika sudah terdaftar. Yayan menambahkan kekeringan terjadi disebabkan mayoritas persawahan yang terkena kekeringan adalah sawah tadah hujan. Dimana hujan tidak turun mencapai 82 hari. Selain itu, sumber air pun hanya bisa digunakan untuk wilayah yang dekat dengan sumber air.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement