Kamis 29 Aug 2019 06:22 WIB

Ancaman Kabut Asap Belum Usai Meskipun Hujan Turun

Masyarakat diminta tetap mewaspadai adanya ancaman kabut asap.

Petugas Brigdakarhutla Dinas Kehutanan berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Ray enam Desa Sungai Batang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (28/8/2019).
Foto: Antara/Bayu Pratama S
Petugas Brigdakarhutla Dinas Kehutanan berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Ray enam Desa Sungai Batang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (28/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ancaman kabut asap belum usai meskipun hujan turun di sejumlah daerah terdampak kebakaran hutan dan lahan dalam beberapa hari terakhir. Masyarakat diminta tetap mewaspadai adanya ancaman kabut asap.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel) memprediksi akan ada kabut asap pada 29-31 Agustus 2019 pascahujan yang terjadi tiga hari terakhir di beberapa wilayah di Sumel.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Bambang Benny Setiaji mengatakan, hujan di beberapa wilayah Sumsel mengakibatkan kondisi pada malam hari menjadi cerah dan berpotensi menimbulkan kabut radiasi bercampur asap karhutla pada pagi hari.

"Umumnya kabut asap terjadi pada pukul 04.00-07.00 WIB dengan jarak pandang kurang dari satu kilometer. Dampaknya akan mengganggu transportasi, terutama penerbangan," ujar Benny di Palembang, Rabu (28/8).

Hujan sempat turun di beberapa wilayah di Sumsel seperti Kabupaten Muba, Ogan Ilir, Banyuasin, dan Kota Palembang pada 25-28 Agustus. Turuannya hujan tersebut sesuai prediksi BMKG.

Hujan terjadi seiring hilangnya Badai Tropis Bailu dan transisi ke badai tropis lain. Hal itu menyebabkan adanya sirkulasi di Selat Karimata serta perlambatan massa udara di wilayah Sumsel yang cukup uap air untuk pertumbuhan awan hujan.

Menurut dia, berdasarkan citra radar cuaca Stasiun Meteorologi SMB II Palembang pada 27 Agustus 2019, teramati adanya barisan awan hujan (Cumulonimbus) dengan rentang sepanjang 100-200 kilometer yang memasuki wilayah Sumsel. Fenomena itu disebut Sistem Konvektif Skala Meso yang mengindikasikan barisan awan-awan hujan akan membentuk seperti busur panah dan disertai angin kencang.

Dia menjelaskan, angin kencang disebabkan perbedaan suhu serta tekanan udara signifikan antara daerah yang telah dan akan terpapar hujan.

Seiring aktifnya badai tropis yang baru, yaitu Badai Tropis Podul pada 27 Agustus, Sumsel dalam beberapa hari ke depan diprediksi kembali ke keadaan normal musim kemarau dengan kondisi lapisan udara atas yang kering dan berangin kencang. "Ini akan memperlambat pertumbuhan awan," kata dia. Badai Tropis Podul diperkirakan berakhir pada 31 Agustus-1 September 2019.

Kabut asap masih mengancam juga disebabkan karhutla masih meluas. Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, karhutla memang masih meluas dan terkonsentrasi di Kabupaten Musi Banyuasin.

"Luas lahan yang terbakar di Sumatra selatan hingga saat ini sudah mencapai 1.935,11 hektare," kata Ansori.

Sepanjang 2019, kata dia, di Musi Banyuasin terpantau ada 654 titik panas. Lalu, di Ogan Komering Ilir ada 255 titik panas, dan Ogan Ilir terpantau sekitar 153 titik panas. Sedangkan pada Agustus tercatat 1.218 titik panas, sebanyak 571 titik panas berada di Musi Banyuasin, 144 titik berada di OKI dan 126 titik berada di Ogan Ilir.

Meski karhutla masih meluas, penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang dilaporkan masih normal.

General Manager Bandara SMB II Fahroji mengatakan, jarak pandang penerbangan masih di atas 800 meter atau terkategori normal dan aman untuk penerbangan.

"Kecuali pada 16 Agustus 2019, sempat ada pesawat dari Palembang menuju Jambi, tapi terpaksa balik lagi ke Palembang karena di sana tidak bisa mendarat, selain itu tidak ada kendala apapun," ujar Fahroji.

Menurut dia, cuaca beberapa hari terakhir memang memperlihatkan kabut asap di beberapa wilayah, namun hal itu tidak memengaruhi grafik pergerakan penumpang dan pesawat di Bandara SMB II. Rata-rata ada 130 kali pergerakan pesawat dengan 11.000 pergerakan penumpang setiap hari.

Di Provinsi Riau, karhutla yang terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Bengkalis juga terus meluas. Kepala BPBD Kabupaten Bengkalis Tajul Mudaris mengungkapkan, karhutla saat ini terjadi di Desa Pangkalan Libur, Kecamatan Pinggir dan Dusun 4 Desa Bukit Kerikil, Kecamatan Bandar Laksama.

"Luas Karhuta di Kecamatan Pinggir diperkirakan 10 hektare dan di Kecamatan Bandar Laksamana 7 hektare," kata Tajul. Dia mengungkapkan, karhutla belum berhasil dipadamkan akibat lokasi yang jauh dan sulit dijangkau menggunakan jalur darat.

Lahan yang terbakar merupakan lahan gambut yang belum diketahui pemiliknya.

Namun, tim dari Manggala Agni, TNI, Polri, Damkar, MPA, masyarakat, Pusadtin, terus berjibaku memadamkan lokasi yang terbakar.

"Untuk wilayah yang sulit dijangkau menggunakan Water Bombing Satgas Udara Siaga darurat Karhutla Provinsi Riau," papar Tajul.

Public Relations PT AA-APP Sinar Mas, Nurul Huda mengatakan, pihak perusahaan juga menurunkan regu untuk membantu pemadaman karhutla yang terjadi di Bukit Kerikil dan juga akan melakukan water bombing. Perusahaan ikut membantu karena karhutla di Bukit Kerikil berjarak sekitar enam km dari pinggiran konsesi mitra perusahaan AA-APP Sinar Mas. "Kami sudah turunkan tim ke lokasi membantu pemadaman bersama TNI, Polri dan BPBD Bengkalis," kata Nurul Huda.

Tersangka

Kepolisian telah menetapkan tiga korporasi sebagai tersangka karhutla, Tiga korporasi tersebut yakni PT SSS di Riau, PT SAP di Kalimantan Barat, dan PT PJK di Kalimantan Tengah.

Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Riau Kombes Sunarto menjabarkan, selain PT SSS sebagai perseroan yang ditetapkan tersangka, terdapat dua kasus yang sudah mencapai tahap P21, 22 kasus memasuki tahap penyidikan, satu kasus di tahap I, dan 13 kasus berada di tahap II.  "KemudIan 38 tersangka (perorangan) sudah kita amankan," kata Sunarto saat ditemui di Ancol, Jakarta Utara, Rabu (28/8).

Sementara terkait PT SSS, meski korporasi itu ditetapkan tersangka, polisi belum menetapkan orang dari korporasi tersebut sebagai tersangka. Sunarto mengatakan, polisi masih harus meminta keterangan saksi-saksi ahli.

Kabid Humas Polda Kalimantan Barat Komnes Donny Charles di tempat sama menambahkan, selain PT SAP, Polda telah menetapkan 53 orang sebagai tersangka. 53 tersangka invididu itu merupakan hasil pendalaman terhadap PT SAP untuk mencari siapa yang paling bertanggung jawab. "Tapi yang pasti, dari olah TKP, penyidik berkeyakinan ada tindak pidana disana, kita tinggal cari yang bertaanggung jawab,\" ujar dia.

Kabid Humas Polda Kalimantan Tengah Hendra Rochmawan mengatakan, dari PT PJK yang ditetapkan tersangka, sebanyak lima saksi telah diperiksa. Polda Kalteng juga mengaku masih melakukan pemeriksaan saksi ahli.

"Ada saksi LH (lingkungan hidup), ada saksi yang kebakaran, itu kesulitan penyidik mereka tidak hanya masalah biaya, mereka juga tidak mau kasih keterangan,\" ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement