REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Yayasan Penyelamatan Orang utan (Borneo Orang utan Survival /BOS) bekerja sama dengan BCA melakukan pelepasliaran orang utan yang telah menyelesaikan masa rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orang utan Yayasan BOS Samboja Lestari. Kegiatan yang dilakukan Senin (26/8) dalam rangka memperingati Orang utan International Day yang jatuh pada tanggal 19 Agustus sekaligus Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74.
Kepala Kantor Wilayah XI BCA Mingto Purba mengatakan pelepasliaran empat orang utan itu dilakukan di Hutan Kehje Sewen, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
"Hingga tengah tahun 2019, Yayasan BOS telah melepasliarkan orangutan yang keempat kalinya sejak akhir Juni 2019 lalu," katanya, Selasa (27/8).
Ia menjelaskan, orang utan memainkan peran penting dalam penyebaran benih dan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan, yang penting bagi manusia dan sejumlah hewan lain. Dengan melestarikan habitat orang utan, spesies lain yang menghuni habitat yang sama dan komunitas lokal mendapat manfaat dari konservasi tersebut.
“Konservasi habitat orang utan terus kami lakukan secara konsisten dalam rangka menjaga keseimbangan mata rantai ekosistem flora dan fauna di lingkungan tersebut sekaligus memberikan nilai tambah dan manfaat yang berkesinambungan bagi ruang hidup masyarakat lokal yang mendiami area tersebut," katanya.
Berdasarkan data Forum Orangutan Indonesia (Forina), total habitat orangutan di Kalimantan (Pongo pygmaeus) diperkirakan tinggal 57.000 ekor, sementara di Sumatera (Pongo abelii) hanya sekitar 14.000.
Current Biology melansir, hampir 150.000 orangutan punah di Kalimantan dalam kurun waktu 16 tahun. Peneliti mengungkapkan populasi satwa yang terancam punah menyusut 50 persen hingga 2015 silam. Selain itu, populasi satwa terancam punah diperkirakan akan menyusut sebanyak 45.000 ekor pada 2050. Deforestasi dan lenyapnya habitat hanya salah satu penyebab anjloknya populasi orangutan.