Selasa 27 Aug 2019 16:37 WIB

Aceng Fikri Desak Satpol PP Minta Maaf

Istri Aceng Fikri mengaku sempat digeledah di kamar mandi.

Rep: Bayu Adji/ Red: Teguh Firmansyah
Aceng Fikri dan istrinya Siti Elina Rahayu, saat diwawancara wartawan di kediamannya, Kabupaten Garut, Selasa (27/8).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Aceng Fikri dan istrinya Siti Elina Rahayu, saat diwawancara wartawan di kediamannya, Kabupaten Garut, Selasa (27/8).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Keluarga mantan Bupati Garut Aceng Fikri masih tak terima dengan perlakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung. Alih-alih meminta maaf, Satpol PP Kota Bandung justru berkelit bahwa razia yang menimpa kepada Aceng dan istrinya Siti Elina Rahayu sudah sesuai prosedur. 

Aceng menegaskan, petugas Satpol PP yang membawa dirinya bersama istri dari sebuah hotel di Bandung pada Kamis (22/8) tidak memperlihatkan surat tugas. Namun, kata dia, para petugas menggeledah dan mengambil barang-barang miliknya. "Itu namanya merampas," kata dia, Selasa (27/8).

Baca Juga

Aceng mengatakan, ia sempat meminta petugas menunjukkan surat tugas mereka melalukan operasi. Tak hanya satu kali, melainkan sampai dua kali meminta tak diindahkan. Bahkan, hingga sampai ke kantor Satpol PP Kota Bandung, surat tugas itu tak juga muncul. "Jadinya saya naik truk dua jam malam-malam rekreasi," kata dia mencairkan suasana.

Aceng meminta Satpol PP Kota Bandung meminta maaf dan memulihkan nama baik. Namun, menurut dia, hingga saat ini belum ada permintaan maaf secara resmi dari Satpol PP.

Siti menceritakan, pada malam itu ia sudah tidur bersama suaminya di kamar hotel. Tujuannya menginap di hotel itu tak lain untuk menemani suaminya berobat rutin. Lantaran lokasi hotel dekat dengan tempat praktik, ia dan suami memilih tempat menginap itu yang notabene merupakan hotel yang tak terlalu mewah.

Ketika sudah tertidur, tiba-tiba ia terbangun dan melihat sudah banyak petugas di dalam kamarnya. Para petugas itu langsung meminta identitas, alih-alih mengungkapkan maksud kedatangannya. "Saya kasih KTP saya dan suami dalam satu dompet yang sama. Saya digiring ke kamar mandi. Saya bingung baru bangun tidur," kata dia.

Di kamar mandi, seluruh tubuh Siti digeledah dari atas sampai bawah oleh petugas perempuan Satpol PP Kota Bandung. Saking paniknya, ia tak bisa melawan. Padahal, petugas sama sekali tak memberikan alasas melakukan penggeledahan.

Seluruh penjuru kamar tempat mereka menginap juga ikut diperiksa. Koper mereka dibuka, tas yang menyimpan alat shalat mereka juga dibongkar. Setelah itu, Siti bersama suaminya dipaksa untuk menaiki truk Satpol PP. Telepon genggam mereka diambil paksa, tanpa bisa melawan petugas. 

Ia mengaku sempat meminta izin untuk menggunakan mobil pribadi untuk mendatangi kantor Satpol PP. Namun, permintaan itu tidak digubris oleh petugas. "Mereka bilang jelaskan di kantor," kata dia.

Setelah ikut naik ke truk Satpol PP, mereka berdua tak langsung dibawa ke kantor, melainkan dibawa keliling terlebih dahulu ke hotel-hotel melakukan operasi selama dua jam. Alhasil, di atas truk itu, mereka disatukan dengan banyak orang yang terjaring razia. "Saya haus, minta izin beli minum tidak diperbolehkan. Saya di truk sesak napas, karena petugas banyak yang merokok," kata dia.

Kantor Satpol PP

Sesampainya di kantor Satpol PP, mereka disatukan dalam satu ruangan. Sempat minta dipisahkan lantaran tak merasa salah, tapi tak diizinkan.

Sebelum masuk menjalani interograsi oleh petugas di salah satu ruangan, mereka sempat diambil gambar dengan foto dan video. "Di ruang kabid saya menjelaskan, saya tidak bisa membuktikan karena HP diambil, semua dokumen ada di HP. Baru saat dikasih HP-nya, saya perlihatkan semua. Baru clear," kata dia.

Setelah dinyatakan tak bersalah, Aceng dan Siti dipersilakan meninggalkan kantor Satpol PP. Namun, menurut Siti, para petugas tak meminta maaf lantaran salah tangkap. "Mereka sama sekali tidak minta maaf saat itu," kata dia.

Siti merasa dilecehkan. Menurut dia, Satpol PP tidak memberikan ruang klarifikasi saat penggeledahan. Alhasil, ketika dibawa mengunakan truk, semua orang memberikan stigma negatif kepada dirinya. Padahal, ia bermalam bersama suaminya yang telah dinikahi secara resmi.

Dari kejadian itu, Siti mengaku masih trauma dan takut untuk keluar rumah. "Makan gak enak. Ini baru pertama diperlakukan seperti ini," kata dia.

Ia bersama suami berencana membawa permasalahan ini ke Komnas Perempuan. Pasalnya, sebagai perempuan ia merasa sangat dirugikan. "Jadi, saya seolah berbuat asusila. Padahal, saya bersama suami," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement