REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Jumlah desa yang terdampak kekeringan di Kabupaten Banyumas hingga saat ini sudah mencapai 44 desa di 17 kecamatan. Jumlah ini sudah jauh melampaui jumlah desa yang terdampak kekeringan pada tahun 2018.
''Pada saat musim kemarau tahun 2018 lalu, hanya ada 32 desa yang terdampak kekeringan. Sedangkan pada kemarau tahun 2019 ini, sudah ada 44 desa yang terdampak kekeringan. Padahal kami memperkirakan jumlah desa yang kekeringan masih akan terus bertambah, mengingat musim penghujan diperkirakan baru berlangsung Oktober 2019,'' jelas Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Ariono Poerwanto, Senin (26/8).
Menurutnya, dengan makin banyaknya desa yang mengalami kekeringan, pihaknya juga semakin sibuk untuk melakukan droping air bersih. ''Sudah tidak ada lagi waktu libur. Bahkan pada hari Sabtu dan Minggu, petugas kami tetap harus melakukan suplai air bersih agar penyaluran air bisa merata,'' katanya.
Dia menyebutkan, hingga saat ini pihaknya telah menyalurkan air bersih sebanyak 640 tangki dengan kapasitas 5.000 per tangki. Bantuan air bersih tersebut, diberikan pada sekitar 11.119 keluarga yang terdampak kekeringan.
Ariono juga menyatakan, dengan makin luasnya wilayah yang terdampak kekeringan, maka hingga saat ini sudah lebih dari separuh wilayah kecamatan, yang desanya terdampak kekeringan. ''Jumlah wilayah kecamatan di Banyumas ada 27 kecamatan. Saat ini, desa yang mengalami kekeringan tersebar di 17 kecamatan,'' katanya.
Meski demikian dia menyebutkan, tidak semua desa di 17 kecamatan tersebut warganya mengalami kesulitan air bersih. Menurutnya, dari 17 wilayah kecamatan tersebut, wilayah yang desanya paling banyak terdampak kekeringan ada di wilayah Kecamatan Sumpiuh. ''Di wilayah kecamatan ini, ada 9 desa yang warganya mengalami kesulitan air bersih,'' katanya.