Ahad 25 Aug 2019 23:24 WIB

Warga di Lampung Cari Air Bersih Keluar Kampung

Warga di tiga desa harus berjalan sekitar 1-2 kilometer untuk mendapatkan air bersih

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Karta Raharja Ucu
Pedagang air bersih (Ilustrasi)
Foto: Republika
Pedagang air bersih (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Musim kemarau melanda sejak sebelum Bulan Ramadhan lalu sampai Agustus 2019. Sebagian warga di beberapa daerah di Provinsi Lampung terpaka mencari air bersih keluar kampung yang berjarak lebih dari satu kilometer.

Warga di tiga desa di Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu, Lampung, tidak dapat lagi memanfaatkan sumur galian pada musim kemarau karena airnya kering. Warga terpaksa mencari air bersih ke tempat-tempat tersedia sumur bor yang masih tersedia cadangan air, namun jaraknya jauh.

Warga Desa Banjar Sari terpaksa mendapatkan air bersih harus menempuh satu sampai dua kilometer. Selebihnya, warga terpaksa membeli air bersih di tangki-tangki penjualan. Wawan (48 tahun), warga Desa Banjar Sari mengaku, kekeringan sudah melanda desanya sejak sebelum bulan puasa.

“Untuk kebutuhan masak dan air minum, warga terpaksa keluar kampung mencari air bersih ke sumur-sumur bor yang masih ada airnya. Ada yang membeli air bersih,” katanya, Ahad (25/8).

Warga terpaksa mendapatkan air bersih berjarak satu sampai dua kilometer dari kampungnya. Warga bolak-balik menggunakan kendaraan motor membawa jeriken, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, banyak warga yang tidak mandi sampai tiga hari.

“Air bersih untuk masak dan minum, kalau mandi bisa tiga hari sekali,” tuturnya.

Ia berharap pemerintah daerah menyediakan banyak sumur-sumur bor di desa-desa yang kekeringan. Selama ini, warga hanya mengandalkan air bersih dari sumur-sumur galian. Ketika musim kemarau atau tidak hujan tiga bulan ini, sumur galian itu kering.

Di Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan, sawah-sawah warga mulai kering dan retak-retak setelah tidak turun hujan tiga bulan terakhir. Warga khawatir tanaman padi yang ditanam mengering dan mati, bila tidak dilakukan penyiraman air.

“Sawah-sawah sudah kering semua. Jadi perlu disiram. Tapi air tidak ada lagi, sedangkan sumur bor tidak ada,” kata Harso, warga Palas.

Ia mengatakan sebagian warga terpaksa mengambil air dengan cara menyedot dari sungai yang jaraknya jauh dari sawah-sawah mereka dengan cara menyambung selang. Namun, terkadang alirannya tidak sampai sehingga airnya perlu dipikul dengan berjalan kaki untuk menyiram tanaman padinya.

Sedangkan di Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, warga sudah sebulan lebih kesulitan mencari air bersih. Selama ini, warga setempat mengandalkan air dari sumur galian biasa. Musim kemarau panjang, air sumur mengering.

Untuk memenuhi kebutuhan dapur, warga terpaksa mengeluarkan uang membeli air bersih dari tangki yang menjual keliling. Sedangkan warga yang memiliki sumur bor terpaksa menunggu giliran mengalir airnya sejak tiga pekan terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement