REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para tokoh baik itu tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh intelektual, tokoh pemuda yang ada di Indonesia ini harus bisa bersatu dan memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu mencegah beredarnya paham radikal terorisme di masyarakat.
Selain itu para tokoh tersebut juga berperan untuk menciptakan perdamaian jika terjadi gejolak atau perbedaan pilihan dan pandangan yang terjadi di tengah masyarakat. Karena permasalahan radikalisme dan perbedaan ini menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius, usai bertindak sebagai Pemantik untuk memberikan pandangan atas situasi negara bangsa Indonesia saat ini dan proyeksinya ke depan pada acara Focus Group Discussion (FGD) mengenai Scenario Planning Workshop on Indonesia yang digelar oleh Gerakan Suluh Kebangsaan, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (16/8) malam.
“Peran tokoh ini sangat penting sekali. Justru yang menjadi pemersatu bangsa itu adalah tokoh tokoh itu baik tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh intelektual, tokoh pemuda. Mereka yang bisa menjadi penyejuk di masyarakat jika terjadi perbedaan. Pandangan atau pilihan dan bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat jika di lingkungan masyarakat itu terjadi upaya-upaya infiltrasi penyebaran paham radikal. Karena ini menjadi tanggung jawab berama,” ujar Komjen Pol Suhardi Alius.
Mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini merespons sangat positif tentang adanya Gerakan Suluh Kebangsaan ini. Karena bangsa ini menurutnya memang membutuhkan suatu gerakan-gerakan di luar pemerintahan tetapi terdiri dari seluruh tokoh-tokoh masyarakat tersebut untuk bisa berkontribusi dan merasa perlu untuk memberikan informasi mengenai permasalahan radikalisme terorisme serta meluruskan kembali pandangan salah yang dihembuskan kelompok radikal tersebut terhadap bangsa ini.
“Sehingga BNPT berkepentingan untuk memberikan pengayaan informasi mengenai apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dengan fakta fakta dan data yang lengkap Bagaimana kita bisa memberikan treatment kalau kita tidak bisa mengidentifikasi dan melihat gejala-gejala apa yang terjadi di masyarakat? Tentunya fakta dan data ini nantimya dapat digunakan sebagai data awal untuk menyusun strategi berikutnya,” ucap mantan Kapolda Jawa Barat ini.